Senin, 31 Agustus 2009

Perbedaan Persepsi


February 19th, 2009 posted by support Add comments Ada seorang ayah yang menjelang ajalnya di hadapan sang Istri berpesan DUA hal kepada 2 anak laki-lakinya :
- Pertama : Jangan pernah menagih hutang kepada orang yg berhutang kepadamu.
- Kedua : Jika pergi ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari.

Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.

Pada suatu hari sang Ibu menanyakan hal itu kepada mereka.

Jawab anak yang bungsu :
“Ini karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih”.

“Juga Ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong, padahal sebetulnya saya bisa berjalan kaki saja, tetapi karena pesan ayah itu, akibatnya pengeluaranku bertambah banyak”.

Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, sang Ibu pun bertanya hal yang sama.
Jawab anak sulung :
“Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena Ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak pernah menghutangkan sehingga dengan demikian modal tidak susut”.

“Juga Ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam.
Karenanya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup.”

“Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama”.

MORAL CERITA :
Kisah diatas menunjukkan bagaimana sebuah kalimat di tanggapi dengan presepsi yang berbeda.
Jika kita melihat dengan positive attitude maka segala kesulitan sebenarnya adalah sebuah perjalanan membuat kita sukses tetapi kita bisa juga terhanyut dengan adanya kesulitan karena rutinitas kita… pilihan ada di tangan anda.

‘Berusahalah melakukan hal biasa dengan cara yang luar biasa’

Hukum Pygmalion - Hukum Berpikir Positif


April 2nd, 2009 posted by support Add comments Pygmalion adalah seorang pemuda yang berbakat seni memahat. Ia sungguh piawai dalam memahat patung. Karya ukiran tangannya sungguh bagus. Tetapi bukan kecakapannya itu menjadikan ia dikenal dan isenangi teman dan tetangganya.

Pygmaliondikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik.
* Apabila lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel. Tetapi Pygmalion berkata, “Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini.”
* Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, kawan-kawan Pygmalion berbisik, “Kikir betul orang itu.” Tetapi Pygmalion berkata, “Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu”.
* Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa iba, “Kasihan, anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya.”

Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain.

Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang sangat halus. Patung itu berukuran manusia sungguhan. Ketika sudah rampung, patung itu tampak seperti manusia betul. Wajah patung itu tersenyum manis menawan, tubuhnya elok menarik.

Kawan-kawan Pygmalion berkata, “Ah,sebagus- bagusnya patung, itu cuma patung, bukan isterimu.”

Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia betul. Berkali-kali patung itu ditatapnya dan dielusnya.

Para dewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai sikap Pygmalion, lalu mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada Pygmalion, yaitu mengubah patung itu menjadi manusia betul.. Begitulah, Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah wanita tercantik di seluruh negeri Yunani.
Nama Pygmalion dikenang hingga kini untuk mengambarkan dampak pola berpikir yang positif. Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul menjadi positif.

Misalnya,
* Jika kita bersikap ramah terhadap seseorang, maka orang itupun akan menjadi ramah terhadap kita.
* Jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia betul-betul menjadi cerdas.
* Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan upaya dapat merupakan separuh keberhasilan.

Dampak pola berpikir positif itu disebut dampak Pygmalion.

Pikiran kita memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy atau ramalan tergenapi, baik positif maupun negatif.
* Kalau kita menganggap tetangga kita judes sehingga kita tidak mau bergaul dengan dia, maka akhirnya dia betul-betul menjadi judes.
* Kalau kita mencurigai dan menganggap anak kita tidak jujur, akhirnya ia betul-betul menjadi tidak jujur.
* Kalau kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha, besar sekali kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.

Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, menduga dan berharap hanya yang baik tentang suatu keadaan atau seseorang. Bayangkan, bagaimana besar dampaknya bila kita berpola pikir positif seperti itu. Kita tidak akan berprasangka buruk tentang orang lain.

Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang jelek tentang orang lain. Kita tidak menduga-duga yang jahat tentang orang lain.
Kalau kita berpikir buruk tentang orang lain, selalu ada saja bahan untuk menduga hal-hal yang buruk. Jika ada seorang kawan memberi hadiah kepada kita, jelas itu adalah perbuatan baik. Tetapi jika kita berpikir buruk,kita akan menjadi curiga, “Barangkali ia sedang mencoba membujuk,” atau kita mengomel, “Ah, hadiahnya cuma barang murah.” Yang rugi dari pola pikir seperti itu adalah diri kita sendiri. Kita menjadi mudah curiga. Kita menjadi tidak bahagia.

Sebaliknya, kalau kita berpikir positif, kita akan menikmati hadiah itu dengan rasa gembira dan syukur, “Ia begitu murah hati. Walaupun ia sibuk, ia ingat untuk memberi kepada kita.”

Warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang kita pakai.

* Kalau kita memakai kaca mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup menjadi kelabu dan suram. Tetapi kalau kita memakai kaca mata yang terang, segala sesuatu akan tampak cerah. Kaca mata yang berprasangka atau benci akan menjadikan hidup kita penuh rasa curiga dan dendam. Tetapi kaca mata yang damai akan menjadikan hidup kita damai.

Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik. Berpikir baik tentang diri sendiri. Berpikir baik tentang orang lain. Berpikir baik tentang keadaan. Berpikir baik tentang Tuhan.
Dampak berpikir baik seperti itu akan kita rasakan.. Keluarga menjadi hangat. Kawan menjadi bisa dipercaya. Tetangga menjadi akrab. Pekerjaan menjadi menyenangkan. Dunia menjadi ramah. Hidup menjadi indah. Seperti Pygmalion, begitulah.

MAKE SURE YOU ARE PYGMALION and the world will be filled with positive people only…….. ….how nice

PENGHALANG LANGKAH KITA


Alkisah, seorang raja yang pandai dan bijaksana bermaksud menguji kerajinan dan kepedulian rakyatnya. Pada suatu sore, sang raja diam-diam meletakkan sebongkah batu di tengah jalan yang sering dilewati orang. Letak batu itu persis di tengah jalan sehingga tidak enak dipandang dan menghalang-halangi langkah orang. Rupanya sang raja sengaja ingin mengetahui apa reaksi rakyatnya yang berlalu lalang di jalan tadi.
Tampak seorang petani melintas sambil membawa gerobak barang yang tampak berat karena penuh dengan barang bawaan. Ketika melihat sebongkah batu menghalangi jalannya, ia langsung mengomel. “Dasar orang-orang disini malas-malas. Batu di tengah jalan didiamkan saja…!” Sambil terus mengerutu, ia membelokkan gerobaknya menghindari batu tadi dan meneruskan perjalanan.
Setelah itu, lewatlah seorang prajurit sambil bersenandung mengenang keberanianya di medan perang. Karena berjalan kurang hati-hati, si prajurit tersandung batu penghalang dan hamper tersungkur. “ Sialan…! Kenapa orang-orang yang lewat jalan ini tidak mau menyingkirkan batu keparat ini…hah?!” teriak si prajurit marah-marah, sambil mengacung-acungkan pedangnya. Sekalipun mengeluh dan marah-marah, prajurit itu tidak mengambil tindakan apapun. Sebaliknya, ia melangkahi batu tersebut dan berlalu begitu saja.
Tidak lama kemudian, seorang pemuda miskin berjalan melewati jalan itu. Ketika melihat batu penghalang tadi, dia berkata dalam hati, “Hari sudah mulai gelap. Bila orang melintas di jalan ini dan tidak berhati-hati, pasti akan tersandung. Batu ini bisa mencelakai orang.” Walaupun letih karena bekerja keras seharian, pemuda ini masih mau bersusah payah memindahkan batu penghalang ke pinggir jalan.
Setelah batu berhasil dipindahkan, pemuda itu terkejut melihat sebuah benda tertanam dibawah batu yang dipindahkannya. Disitu terdapat sebuah kotak dan sepucuk surat, yang isinya berbunyi, “Untuk Rakyatku yang rela memindahkan batu penghalang ini. Karena engkau telah menunjukkan kerajinan dan kepedulianmu kepada orang lain, maka terimalah lima keping emas yang ada dalam kotak ini sebagai hadiah dari rajamu.”
Pemuda miskin itu langsung bersujud syukur dan memuji kedermawanan rajanya. Dan peristiwa itu pun menggemparkan seluruh negeri. Raja telah berhasil mengajarkan arti pentingnya nilai kerajinan dan kepedulian terhadap sesama, serta keberanian dalam menghadapi rintangan.

Dalam aktivitas kita menjalani kehidupan ini, baik dibidang karier, bisnis ataupun bidang profesional lainnya, kita pasti pernah mengalami hadangan ‘Batu Penghalang’ seperti cerita diatas. Setiap batu penghalang bisa diartikan sebagai rintangan, kesulitan, beban, ataupun tanggung jawab yang ada di dalam kehidupan kita. Bila sikap kita menghadapi semua hal tersebut dengan perasaan tidak sabar, jengkel, marah, menghindar dan cenderung menyalahkan orang lain sebagai penyebabnya., maka kita tidak akan pernah belajar banyak mengenai kehidupan. Karena sesunggunghnya dalam setiap kesulitan, selalu terdapat hikmah yang tersembunyi, dan pasti ada pelajaran yang mampu mematangkan dan mendewasakan mental kita.

DI MANA SAYAP ANDA?......


Di sebuah peternakan, hiduplah seekor keledai yang bersahabat dengan seekor anak ayam. Pada suatu hari, keledai mengangkat kepala memandang seekor burung garuda besar yang sedang terbang. Keledai lalu menoleh pada anak ayam dan berkata, ”Anak ayam, engkau dan garuda sama-sama memiliki sepasang sayap, mengapa garuda dapat terbang, tetapi engkau hanya dapat mencari makan di darat?”
Mendengar hal ini, anak ayam balik bertanya dengan sangat terkejut: “Apa? Saya juga memiliki sepasang sayap yang sama dengan sayap garuda itu?”
Sekarang giliran si keledai yang terperangah dan bertanya, “Lho, bagaimana sih? Kau sudah sebesar ini, tetapi tidak tahu bahwa dirimu memiliki sepasang sayap?”
“Benarkah?” anak ayam memandangi kedua sayapnya dengan heran. “Astaga! Ini sayapku? Selama ini kukira mantel yang di wariskan ibuku!”
Setiap orang sejak lahir punya potensi dan kesempatan yang sama untuk menuju sukses, hanya karena ketidaktahuannya, banyak orang yang melewati puluhan tahun dengan sia-sia. Setelah tua barulah sadar akan kepandaian dan kelebihan yang tidak dimiliki. ....

Minggu, 30 Agustus 2009

Keterlambatan Di Pagi Itu..


oleh Piyanza
Minggu, 30/08/2009 09:29 WIB

Kebiasaan yang selalu harus tiba di kantor jam 8 pagi membuat aku harus berangkat pagi-pagi sekali keluar dari rumah ke stasiun bus Baranangsiang, Bogor. Aku naik bus jurusan ke Bekasi yang melewati jalan tol Jagorawi dan akan turun di daerah Cawang untuk segera menyambung naik taksi atau bus umum ke kantor yang ada di sekitar Pancoran, Jakarta. Rutinitas harian sudah seperti itu, karena sudah mengetahui kepadatan lalu lintas, jadi bisa diperkirakan tiba di kantor jam 8 pagi atau lewat-lewat sedikit. Sebenarnya perusahaan tidak mempunyai peraturan yang sedemikin ketat harus tiba jam 8 pagi teng, dan bidang pekerjaanku bukan seseorang yang harus tiba jam 8 pagi tepat, tetapi aku sendiri yang mengkondisikan diri agar tetap disiplin masuk kerja tepat waktu.

Biasanya bus yang aku tumpangi ngetem dulu, menunggu penumpang lain sehingga bus penuh sekitar 10 menit atau bahkan bisa lebih cepat kalau kedatangan bus dari Jakarta kurang lancar sehingga banyak penumpang yang terbengkalai. Aku tentu lebih suka memilih bus yang ber-AC (berpenghawa dingin) karena lebih nyaman walau harus membayar lebih, setidaknya aku bisa melanjutkan tidur dengan nikmat sebelum sampai di daerah Cawang, Jakarta. Apalagi kalau sudah dekat pintu tol Taman Mini yang sering macet karena terjadi pertemuan jalur –jalur kendaraaan dari berbagai daerah lain, duuuuh lebih baik tutup mata aja deh! Sambil merem-merem..nikmati tidur lagi.

Suatu hari ketika berangkat kerja aku lihat ada bus ber-AC yang masih baru dan bagus sedang ngetem. Jam sudah menunjukkan pukul 6.15. Aku segera berlari supaya bisa kebagian tempat duduk, karena dari jauh kelihatan sudah hampir penuh.Ada beberapa bapak-bapak yang bekerja di Jakarta juga berlari untuk masuk ke bus tersebut supaya kebagian tempat duduk. Hampir bersamaan denganku, ada 2 orang bapak-bapak yang masuk duluan ke bus, cuma beda beberapa detik denganku. Ternyata mereka cuma bisa kebagian tempat duduk cadangan di depan sekali, disamping supir yang biasanya kurang nyaman karena tidak bisa duduk dengan sandaran. Biasanya, kadang kadang aku juga suka memaksa duduk tempat duduk cadangan itu, kalau waktu sudah kepepet. Lebih baik daripada memaksa berdiri dalam bus dari Bogor ke Jakarta. Memaksa banget, apalagi kalau terjebak kemacetan , bisa-bisa sampai Jakarta sudah kehabisan tenaga karena kecapaian berdiri sepanjang jalan.

Aku kesal, kesal sekali! Padahal cuma beda beberapa detik. Aku tidak kebagian tempat duduk, bahkan di kursi cadangan sekalipun! Terlambat! Aku kalah! Terpaksa aku keluar lagi dari bus. Mencari bus berikutnya. Ternyata bus berikutnya bus non AC (tidak berpenghawa dingin) dan bus berikutnya bus non AC juga. Duh……..apes sekali pagi ini!, keluhku. Apalagi bus berikutnya jelek dan butut lagi! Pasti gak nyaman bangetlah naik bus itu. Karena tidak ada pilihan , terpaksalah aku naik ke bus itu. Menunggu penumpang lain yang akan naik sekitar 10 menit lagi dalam bus itu, membuat aku kesal dan kepanasan karena tidak ber-AC. Hati ini juga panas, karena menunggu beberapa menit, terasa lama dan kesal karena tidak kebagian tempat duduk di bus sebelumnya.. Pergi ke Jakarta keluar rumah beda beberapa menit dari biasa bisa mengakibatkan keterlambatan tiba di tujuan jauh lebih besar, 30 menit atau bahkan sejam lebih.

Bus yang aku naiki pun berangkat dan melaju dengan perlahan dan sedikit gerah , maklum bus lama. Daripada kesal, lebih baik kunikmati perjalanan dalam bus sambil berusaha untuk tidur dan rileks. Yah sudahlah, hari ini mungkin apes! Terpaksa aku akan terlambat masuk kantor sepertinya hari ini .Yah tidak apa-apalah, tidak ada rapat penting di pagi ini. Pulang kantornya saja nanti dilebihkan waktunya.

Beberapa menit setelah bus berjalan memasuki jalan tol Jagorawi, aku masih berusaha untuk tidur sambil menikmati perjalanan itu. Sekitar 45 menit bus berjalan, tiba-tiba bus makin berjalan perlahan. Makin perlahan bahkan sesekali berhenti. Aku tersentak dan membuka mata. Melihat ke jalanan di depan. Duuuuhh macet….!!! Apes lagi deh ! Makin terlambatlah masuk kantor hari ini. Pasti ada kecelakaan lalu lintas. Hari ini betul-betul apes, gerutu ku.

Bus berjalan perlahan karena kendaraan-kendaraan didepan juga memperlambat kecepatannya untuk melihat kecelakaan tersebut. Akupun jadi ikut-ikutan ingin melihat kecelakaan yang terjadi di sebelah kiri bahu jalan tersebut. Ketika bus makin mendekati lokasi kejadian itu, aku terkejut. Aku lihat dari jauh bus baru ber-AC yang ingin aku naiki sebelumnya ke Jakarta berada di tepi kiri jalan dan di depannya ada truk besar. Entah bagaimana kejadiannya, yang jelas bus tersebut telah menabrak bagian belakang truk tersebut dan bagian depan bus AC tersebut hancur parah. Kaca depannya pecah semua. Beberapa orang sedang berusaha menyelamatkan para penumpang. Ada beberapa penumpang yang terkapar tak berdaya di pinggir jalan menunggu ambulans datang.

Bus yang aku tumpangi berjalan perlahan, didepan ada beberapa penumpang yang selamat, menyetop bus yang kutumpangi. Bus yang kutumpangi berhenti. Beberapa bapak-bapak naik ke dalam bus. Mereka ingin melanjutkan perjalanan ke Jakarta walau harus berdiri dalam bus. Ada beberapa noda-noda darah di baju mereka. Orang-orang bertanya bagaimana kejadian sehingga terjadi kecelakaan tersebut. Aku tersentak dan terdiam ketika seorang bapak bercerita kalau salah seorang yang duduk di bangku cadangan depan dekat supir, terluka parah dan kakinya putus. Astagfirullah……. Tempat yang ingin kududuki tadi ketika berebut sebelum berangkat, dan ternyata aku kalah.

Andai saja aku yang kebagian duduk di kursi cadangan itu tadi. Entah tinggal nama atau menjadi orang cacat yang tak berkaki kini. Padahal sepanjang jalan sebelumnya aku kesal dan menggerutu karena terlambat berangkat dan naik bus dengan kondisi yang kurang nyaman. Subhanallah, Allah lah yang Maha Tahu yang terbaik buat hambaNya.



"....... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui". (QS Al Baqarah 216)


Bogor, Januari 2002

Mantel Untuk Para Pecinta...................

oleh Abdul Mutaqin
Senin, 31/08/2009 06:36 WIB

Panggilan cinta itu adalah fitrah. Ia tidak dilarang agama. Bahkan kita patut bersyukur, Islam agama yang kita anut ini, bukan sekedar merestui nilai cinta tetapi juga memberikan tuntunan bagaimana seorang muslim yang saling terpaut cinta itu mengerti dan rela hakikat cinta itu adalah mulia dan tidak boleh dinodai oleh apapun namanya. Setiap muslim yang tengah jatuh cinta tidak boleh membiarkan cintanya liar bak kuda binal. Ia wajib mematuhi rambu-rambu Ilahiyah, moralitas yang hidup di masyarakat serta saling menjaga kehormatan dan martabat kemanusiaan dua belah pihak.

Oleh sebab dalam agama cinta itu dipandang luhur, maka segala hal yang menodai cinta itu adalah tercela dan dipandang sebagai perilaku zalim. Bentuk kezaliman dimaksud adalah menjadikan cinta sebagai alasan kedua belah pihak untuk bebas “bereksperimen” dalam rimba birahi yang tak berujung kecuali berujung kepada zina. Sementara pada kutub yang berlawanan arah, adalah sikap rigid terhadap naluri cinta. Sikap ini juga dipandang tercela sebab berpaling dari fitrah insaniyah. Yaitu sikap membunuh fitrah bahwa manusia secara alami memiliki syahwat kepada lawan jenis dengan memilih pola hidup tabattul (membujang) dan kerahiban.

Pemuda muslim yang memahami arti cinta secara sederhana dan benar, dialah yang berhasil menempatkan posisinya di antara dua kutub ekstrem dunia percintaan tadi. Dia tidak terjebak kepada “liberalisme cinta” yang gemar bereksperimen dengan segala kebebasannya juga tidak berada pada ”nihilisme cinta” yang mengekang dan mengebiri dirinya sedemikian rupa dari hasrat manusiawinya. Merekalah generasi muda muslim yang punya rasa cinta yang tulus, bersih dan patuh pada aturan main syari’ah. Yaitu, mereka yang menutup aurat serta rela menahan pandangan dan farajnya dari mendekati zina. Meskipun rasa cintanya sekuat gemuruh ombak di lautan.

Zaman di mana kekuatan syaithan diperlengkapi dengan armada teknologi saat ini, pintu-pintu dan lorong-lorong perzinahan hampir terbuka 24 jam. Bukan lagi sebagai rahasia, bahwa tempat-tempat pelacuran, iklan, reklame, fashion, hiburan serta budaya pornografi dan pornoaksi tetap berdiri kukuh meskipun ada Undang-Undang yang melarangnya. Bagi pemuda muslim yang telah ”direndam” dalam shibghatullah, semuanya itu tidaklah berarti. Sebab menurutnya, sejahat-jahatnya syaithan, ia hanya sebatas menggoda, merayu dan menyuruh. Sedangkan eksekutornya adalah manusia itu sendiri. Syaithan hanya menyuruh berzina, sementara yang melakukannya justru adalah manusia. Dan di akhirat nanti, syaithan tidak dapat dituntut pertanggungjawaban atas bujuk rayunya. Manusia jugalah yang akan menghadapi resiko akibat menuruti rekomendasi syaithan yang hakikatnya adalah musuhnya sendiri.

Tetapi lain halnya dengan pemuda dengan predikat para pecinta yang liar. Penganut madzhab ”liberalisme cinta” itu seolah bertekuk lutut dengan kekuatan syahwat. Akalnya lebih pendek dari nafsunya. Angannya terlampau panjang melewati amalnya. Menjadilah ia sebagai budak nafsu. Maka kesenangannya adalah zina, kebanggaannya adalah mempertontonkan aurat, kehidupannya adalah ikhtilath. Sementara kebenciannya adalah hijab. Maka hilang pulalah rasa malunya.

Lain pula dengan pemuda yang mengurung diri dalam biara kerahiban. Penganut ”nihilisme cinta” itu pernah dilukiskan dalam riwayat Imam Bukhari meskipun tidak dalam konteks yang sepenuhnya tepat. Yaitu pada saat beberapa orang sahabat mendatangi rumah isteri-isteri Nabi SAW. Mereka bertanya tentang ibadah Beliau. Setelah diberitahu, mereka merasa terlalu kecil dan tidak sebanding dengan Nabi SAW. Berkatalah mereka,” Apa artinya kita di banding Nabi SAW? Allah telah mengampuni dosanya baik yang telah lalu maupun yang akan datang”.

Salah seorang di antara mereka kemudian berujar, ” Saya akan berpuasa sepanjang masa dan tidak akan pernah berbuka”. Seorang yang kedua mengatakan, ” Saya akan qiyamul lail terus dan tak akan pernah tidur”. Lalu orang ketiga mengatakan, ” Saya akan menjauhi perempuan, karena itu saya tidak akan pernah kawin”. Ketika berita itu sampai kepada Nabi SAW., Beliau merespon kekeliruan sikap mereka itu seraya bersabda :

” Sesungguhnya Saya ini adalah orang yang paling tahu tentang Allah dan paling takut kepada-Nya di antara kalian, akan tetapi saya bangun malam dan juga tidur, saya berpuasa dan juga berbuka, dan saya juga menikahi perempuan. Barang siapa yang tidak senang dengan sunnahku ini, ia bukanlah golonganku”.

Selain golongan Rasulullah dalam konteks di atas adalah tercela, sebagaimana ketercelaan perilaku mereka. Sudah setumpuk data dan segamblang-gamblangnya informasi, bahwa dampak buruk zina sebagai manifestasi dari faham ”liberilsme cinta” itu mengancam kehidupan banyak orang yang tidak terbatas kepada pelakunya tetapi juga orang lain yang tidak tahu apa-apa. Penyakit menakutkan yang bukan saja menggerogoti ketahanan tubuh tapi juga ketahanan mental penderitanya, hingga kini belum ditemukan obatnya yang mujarab; AIDS. Penularannya kepada janin yang tak berdosa, semakin merisaukan dan menyayat hati. Belum lagi resiko kematian akibat aborsi dan nasib janin yang dilempar bagai sampah semaunya. Bahkan sampah kadang masih diberi tempat, bagus pula tempatnya. Tetapi tidak untuk abortus hasil zina, ia bisa dibuang dimana saja dan dimana suka. Dikubur tanpa kehormatan. Bahkan dihinakan serendah-rendahnya dalam perangkap kubangan septic tank. Jika pun ada yang lahir dan tumbuh dewasa, ia dianggap membawa cacat genetik akibat ketidakjelasan garis nasabnya siapa dan yang mana. Hatinya dilukai, harga dirinya dikoyak dan hidupnya dipermalukan dengan sebutan ”anak haram”. Sebuah sebutan tidak adil yang menghukum. Sebutan yang lahir dari kebencian kolektif terhadap zina sekaligus ketidakpahaman atas siapa yang sebenarnya dibebankan tanggungan dosa pelakunya.

Lalu dimana ketercelaan orang-orang yang disebut oleh Imam Bukhari tadi? Mereka tercela karena tidak bercermin kepada Rasulullah. Mereka keliru, seolah ingin malampaui Rasulullah dalam hal ketaatan dan ibadah kepada Allah. Padahal soal ketaatan dan ibadah tidak bisa dirancang sendiri, apalagi berdasarkan hawa nafsu dan perasaan belaka. Melainkan harus berittiba’ kepada manusia yang datang kepadanya malaikat Jibril yang membawa pesan wahyu Al-Qur’an. Dialah Muhammad SAW. Menurut riwayat Sa’ad bin Abi Waqqas, salah seorang dari ketiga mereka itu adalah Utsman bin Mazh’un. Semangat mereka untuk menjadi yang terbaik memang ok. Apalagi terbaik dalam ketaatan dan ibadah hingga ada hasrat kuat untuk bisa sampai pada level ke-Nabian. Tetapi sayangnya, niat baik itu menggiring mereka keluar dari medium wahyu dan sunnah yang Rasulullah sendiri masih hidup di tengah-tengah mereka.

Beruntunglah mereka terselamatkan dari ketersesatan. Beruntunglah mereka hidup pada kurun sebaik-baiknya masa kenabian. Generasi yang meraskan sentuhan langsung tangan dingin Rasulullah, mengalami situasi psikologis wahyu turun bahkan kadang menjadi subjek atas proses asbabun nuzul.

Sekarang, harapan ummat bergantung pada pemuda arif yang dengan gagahnya dapat melepaskan diri dari perangkap kepalsuan cinta dan kebencian kepadanya. Padahal mereka memiliki rentang jarak waktu yang teramat jauh dengan masa tabi’in sekalipun. Mereka adalah laksana pemuda Yusuf yang mengenakan mantel ”libbasuttaqwa”. Biarpun bujuk rayu syahwat begitu manis terdengar, tapi di telinganya terdengar pekak. Di matanya terlihat siksa dan di hidungnya tercium aroma menjijikkan. Semuanya hanya kerena takut kepada Allah yang mengwasinya di saat ramai dan sendirian. Setiap muslim seharusnya dapat mengenali, bahwa sebaik-baik mantel yang dapat melindungi generasinya dari berbagai serangan yang mematikan di setiap zaman adalah ”libaasuttaqwa”. Begitu juga kesadaran atas surah Yusuf yang kadang dibacakan ketika kehamilan tujuh atau empat bulan ditradisikan, mestinya tidak berhenti pada dimensi kulit. Di mana harapan dilambungkan agar kelak si cabang bayi setampan Nabi Yusuf. Padahal amatlah berbahaya, apabila elok rupa tampan rupawan berjalan sendirian tanpa mantel Yusufnya. Tapi tentulah ada yang sampai kepada hakikat mantelnya itu. Meskipun jumlahnya tidak bisa dipastikan.

Hai para pecinta, kenakan mantel Yusuf mu! Ramadhan saatnya berpikir ulang soal cinta. Apakah selama ini anda menanggalkan mantel itu? Kenakanlah kembali dan jangan lepaskan sampai kemampuan datang mengantarkanmu kepada pernikahan.



Depok, 29 Agustus 2009.

Abdul

Kamis, 27 Agustus 2009

Bagaimana Akhir Kehidupan Tiga Golongan?


Pernahkah memikirkan tentang terminologi Allah Azza Wa Jalla dalam membagi golongan manusia? Tentu, tidak seperti manusia dalam membuat kategori tentang golongan, yang biasanya sangat relative dan bersifat subjektif, dan tidak mempunyai relasi dengan hari depan manusia. Allah sangatlah jelas, ketika menentukan golongan manusia, dan dengan segala implikasinya. Bukan hanya di dunia, dan yang lebih pokok, bagaimana penggolongan manusia menurut Allah, dan posisi mereka kelak di akhirat.

Allah Azza Wa Jalla membagi manusia ke dalam tiga golongan, dan dengan segala implikasinya, yang posisinya nanti sangatlah ditentukan oleh perjalanan hidupnya di dunia, serta komitmennya (iltizamnya) terhadap aturan dan hukum (syariah) yang telah ditetapkan-NYa. Tiga golongan itu, menurut terminologi Allah Azza Wa Jalla, pertama golongan ‘kiri’ (ashabul syimal), kedua golongan ‘kanan’ (ashabul yamin), dan ketiga adalah golongan ‘muqorrobun’ (dekat kepada Allah). Inilah tiga kategori golongan manusia menurut pandangan Allah, yang masing-masing golongan itu,kelak di akhirat akan mendapat jaza' (balasan) sesuai dengan pilihannya.

Menurut pandangan Allah Azza Wa Jalla, seperti yang diungkapkan di dalam Al-Qur’an, Surah Al-Waqi’ah, masing-masing golongan dijelaskan dengan sangat gamblang. Dan, adanya hari Kiamat menurut Surah Al-Waqi’ah itu, sebuah kemestian yang bakal terjadi, dan mengakhiri seluruh proses kehidupan alam semesta beserta seisinya, termasuk kehidupan manusia. Terjadinya Kiamat itu, diawali dengan kehancuran alam semesta, dan digambarkan, bagaimana bumi diguncangkan, gunung-gunung dihancurkan sehancur-hancurnya, dan semuanya itu bagaikan debu.

Lalu, bagaimana menurut pandangan Al-Qur’an golongan ‘kiri’ (ashabul syimal), dikatakan, alangkah sengsaranya golongan ’kiri’. Mereka dalam siksaan angin yang panas dan air yang mendidih, dan naungan asap hitam, tidak sejuk dan tidak menyenangkan. Sesungguhnya, mereka sebelum itu (dahulu), ketika hidup di dunia, mereka bermewah-mewah, dan mereka terus menerus mengerjakan dosa yang besar. Itulah karakter golongan ‘kiri’, dan posisinya yang sangat sengsara diakhirat nanti. Dan, tidak akan diberi kesempatan mereka kembali ke dunia, bertobat. Maka, mereka berkata : “Apabila kami sudah mati, menjadi tulang belulang, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali?”. Sebuah pertanyaan yang penuh dengan penyesalan.

Sedangkan golongan ‘kanan’ (ashabul yamin), menurut pandangan Al-Qur’an, dikatakan alangkah mulianya golongan ini, dan mereka menerima catatan amalannya di dunia dengan tangan kanannya. Mereka berada diantara pohon-pohon yang tidak berduri, dan pohoh-pohon pisang yang bersusun-susun buahnya, dan naungan yang terbentang luas, dan air yang mengalir terus-menerus, dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti berbuah dan tidak terlarang mengambilnya, dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk, Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) itu secara langsung, lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan yang penuh cinta dan sebaya umurnya. Betapa indahnya dan nikmatinya yang Allah Ta’ala sediakan nanti di akhirat bagi golongan kanan itu. Dan, masihkah manusia lebih mementingkan kehidupan di dunia dibandingkan dengan kehidupan akhirat?

Sementara itu, golongan ‘moqorrobun’ (dekat kepada Allah), dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang menurut Allah Azza Wa Jalla masuk surga. Mereka orang-orang dekat kepada Allah, dan hidupnya tak berjarak dengan Rabbnya. Selalu mengingat dan berdzikir mengingat kebesaran-Nya. Meraka akan berada dalam surga kenikmatan. Segolongan besar orang-orang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang kemudian, yaitu umat Muhammad Shallahu alaihi Wa Sallam. Mereka berada diatas dipan-dipan yang bertahtakan emas permata, mereka bersandar diatasnya berhadap-hadapan, mereka dikelilingi anak-anak muda yang tetap muda denga membawa gelas, cerek dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya, dan tidak pula mabuk, dan buah-buahan apapun yang mereka pilih, dan daging burung apapun yang mereka inginkan, dan ada bidadari-bidadari yang bermata indah, laksana mutiara yang tersimpan baik, sebagai balasan atas apa yang mereka kerjakan.

Itulah tiga golonga manusia yang menurut kategori Al-Qur’an dengan karakternya masing-masing, dan nasibnya kelak telah ditentukan oleh Allah Azza Wa Jalla. Dan, manusia tidak pernah dapat mengubah nasibnya ketika sudah berada di akhirat kelak. Tak lagi seperti kehidupan di dunia, di mana orang-orang dengan posisinya, jabatan, dan kekayaan yang dimilikinya lalu, mereka mendapatkan ‘privilege’ (hak-hak istimewa). Di akhirat nanti yang akan menentukan nasib manusia, hanyalah atas pilihan hidupnya, menjadi golongan ‘kiri’ (ashabul syimal), atau menjadi golongan ‘kanan’ (ashabul yamin), dan golongan ‘muqorrobun’ (dekat kepada Allah). Terserah bagi manusia memilihnya, sesuai dengan pandangannya, yang dipahami tentang hakekat hidup ini.

Dimensi-dimensi kehidupan seperti inilah yang akan selalu memberikan manusia kepada kesimpulan, yang akan dapat menentukan arah pilihannya, dan yang jelas Allah Azza Wa Jalla telah menggambarkan secara gamblang tentang masing-masing golongan, dan bagaimana kelak kehidupan mereka di akhirat. Terserah manusia memilih. Wallahu’alam.

sumber : www.eramuslim
Rabu, 26/08/2009 10:16 WIB

Rabu, 26 Agustus 2009

Kurma: Keajaiban dan Manfaatnya Untuk Buka Puasa......


Tidak salah lagi, kurma sudah pasti jadi makanan favorit khas Ramadhan. Sebagai makanan pembuka, kurma memang berada di urutan paling atas yang dianjurkan oleh Rasulullah saw. Tapi kita mungkin belum begitu mengetahui ada apa di balik buah kurma itu sebenarnya. Manfaat apa saja yang ada dalam buah kurma sehingga Rasul yang menganjurkan kurma sebagai salah satu menu buka puasa kita?

Sejarah kurma

Kurma berasal dari jazirah Arab (Timur Tengah), dan nama latinnya adalah Phoenix dactilyfera. Dinamakan begitu konon karena memang ada hubungannya dengan burung Phoenix yang bisa bereinkarnasi setiap kali ingin mati—Ini kepercayaan orang Mesir dan Yunani kuno.

Beberapa tahun ini, beberapa peneliti Israel mulai melirik untuk membudidayakan pohon kurma (seperti dilansir LiveScience.com). Israel menanam biji kurma yang usianya sampai 2000 tahun. Sampai sekarang, nih pohon baru setinggi 30 cm. Rencananya sih mereka bakal meneliti DNA pohon itu biar tahu bisa tidak pohon zaman purba memberikan manfaat buat kehidupan modern.

Manfaat kurma

Banyak manfaat kurma yang baru terkuak di zaman ini, khususnya buat kesehatan. Dari Salman ibn 'Aamir, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian akan berbuka puasa, maka berbukalah dengan kurma sebab kurma itu berkah, kalau tidak ada, maka dengan air karena air itu bersih dan suci.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Kenapa mesti kurma? Jika kita berbuka puasa, organ pencernaan kita (khususnya lambung) butuh sesuatu yang lembut biar bisa bekerja lagi dengan baik. Jadi makanannya harus yang mudah dicerna dan juga mengandung gula dan air dalam satu makanan. Tidak ada makanan yang mengandung gula dan air yang lebih baik daripada yang disebutkan oleh hadits Rasul. Nutrisi makanan yang paling cepat bisa dicerna dan sampai ke darah itu adalah zat gula, terlebih makanan yang mengandung satu atawa dua zat gula (kalau tidak glukosa, ya sukrosa).

Nah, untuk hal ini kurma adalah makanan yang paling baik. Kurma mengandung zat gula yang tinggi yaitu antara 75-87% dan glukosanya sebanyak 55%, fructose (fraktosa) 45% lebih tinggi dari jumlah protein, minyak dan beberapa vitamin (seperti vitamin A, B2, B12), dan sejumlah zat penting laen kayak kalsium, phosphor, potassium, sulfur, sodium, magnesium, cobalt, seng (zinc), florin, nuhas (tembaga), salyolosa, dan sebagainya. Fraktosa bakal diubah jadi glukosa dengan cepat dan langsung diserap oleh organ pencernaan, lantas dikirim ke seluruh tubuh, khususnya ke organ-organ inti seperti otak, syaraf, sel darah merah, dan sel pembersih tulang.

Seperti yang kita ketahui, di ujung puasa kita setiap harinya, glukosa dan insulin dalam darah yang datang ke katup hati akan bergetar. Artinya proses buka puasa kita bakal meminimalisir pemakaian glukosa yang diambil dari organ hati dan sel-sel ujung (seperti otot-otot en sel syaraf) jadi sesuatu yang bisa menghilangkan setiap zat yang terkandung dalam gelokogen hati. Saat-saat seperti ini, organ-organ sangat bergantung untuk mendapatkan energi dari CO2 (karbondioksida) kimiawi dan oksida glukosa yang terbentuk dalam hati dari asam amino dan gleserol.

Jadi, melentur dan memanjangnya organ penyerap makanan jadi sangat berarti. Maksudnya, penyerapan glukosa yang cepat di dalam katup pembuluh darah vena di hati akan masuk ke dalam organ hati untuk pertama kalinya, kemudian masuk ke sel otak, organ pencernaan, otot-otot, dan seluruh jaringan tubuh yang laen. Makanya, zat gula itu makanan terbaik buat tubuh karena bisa menghentikan oksidasi karbon kimiawi, memangkas zat-zat berbahaya dalam tubuh, dan bisa meminimalisir lemahnya serta gemetarnya organ pencernaan. Cukup rumit ya?

Dr. Hissam Syamsi Basya dalam tulisannya menjelaskan berdasarkan penelitian biokimia, satu kurma yang kita makan itu mengandung air 20-24%, gula 70-75%, 2-3% protein, 8,5% serat, dab sedikit sekali kandungan lemak jenuhnya (lecithine). Lain lagi dengan kurma mengkel (atau Ruthab) yang mengandung 65-70% air, 24-58% zatgula, 1,2-2% protein, 2,5% serat, dan sedikit mengandung lemak jenuh. Dr. Ahmad Abdul Ra’ouf en Dr. Ali Ahmad Syahhat pernah melakukan penelitian kimiawi dan fisiologi terhadap kurma, hasilnya? Menakjubkan! Coba lihat:
Jika kita buka puasa dengan kurma ruthab atawa tamar, persentase kandungan zat gula kita akan naik, artinya bisa membantu mengilangkan penyakit anemia (kurang darah). Oya, ruthab itu artinya kurma yang mengkel, yang masih segar, dan juga matang di pohon. Nah, kalo tamar itu kurma matang kering yang banyak terdapat di Indonesia (misalnya yang banyak dijual di Pasar Tanah Abang, Jakarta).
Waktu lambung kosong karena tidak makan seharian, pas buka, lambung, akan lebih gampang mencerna dan menyerap makanan kecil yang mengandung gula, malah lebih cepat dan maksimal lagi.
Kandungan zat gula dalam ruthab dan tamar (tentunya dalam bentuk kimia sederhana) menjadikan proses pencernaan di lambung jadi sangat mudah, soalnya 2/3 zat gula yang ada dalam tamar dan ruthab bisa meningkatkan kadar gula dalam darah dalam waktu yang singkat.
Selain itu, kita juga tidak perlu minum banyak-banyak lagi sewaktu buka jika kita makan ruthab atau tamar, karena sudah mengandung air 65-70%?! Tetapi sangat tidak dilarang untuk minum pun.

Subhanallah. Tidak heran jika Rasulullah menganjurkan kurma sebagai salah satu makanan pembuka puasa kita yang utama. (in/sa/berbagaisumber)

Selasa, 25 Agustus 2009

Menghitung Posisi Bulan


Menentukan posisi bulan termasuk hal penting dalam ilmu hisab. Misalnya, menentukan berapakah azimuth dan ketinggian bulan pada saat maghrib pada hari terjadinya ijtimak atau hari sesudahnya. Juga, menentukan kapan bulan terbit, transit dan terbenam jika diamati dari suatu tempat tertentu.
Menentukan posisi bulan termasuk hal penting dalam ilmu hisab. Misalnya, menentukan berapakah azimuth dan ketinggian bulan pada saat maghrib pada hari terjadinya ijtimak atau hari sesudahnya. Juga, menentukan kapan bulan terbit, transit dan terbenam jika diamati dari suatu tempat tertentu.

Pada tulisan sebelumnya, telah dijabarkan bagaimanakah cara menentukan posisi matahari. Pada kesempatan ini, penulis akan menjelaskan cara menghitung posisi bulan di langit berdasarkan teori Brown. Ernest W. Brown adalah seorang astronom berkebangsaan Inggris abad 19. Seperti biasa, pertama kali akan dihitung posisi bulan menurut koordinat ekliptika geosentrik, yaitu nilai bujur ekliptika (lambda), lintang ekliptika (beta) dan jarak bumi-bulan.

Selanjutnya, dengan menggunakan epsilon (sudut antara bidang ekliptika dengan bidang ekuator, sekitar 23,5 derajat), lambda, beta serta trannsformasi koordinat antara koordinat ekliptika geosentrik dengan ekuator geosentrik, maka posisi bulan menurut koordinat ekuator geosentrik dapat dihitung. Dalam hal ini, right ascension (alpha) dan deklinasi (delta). Nilai alpha dapat diubah menjadi hour angle (HA) dengan memanfaatkan Local Sidereal Time dan bujur geografis tempat pengamatan. Akhirnya, dengan menggunakan transformasi dari koordinat ekuator geosentrik ke horison, maka sudut azimuth dan altitude bulan dapat ditentukan.

Jika bulan diproyeksikan/ditarik tegaklurus ke bidang horison/ufuk, maka altitude adalah sudut ketinggian bulan dari ufuk, sedangkan azimuth, seperti telah dijelaskan pada tulisan-tulisan sebelumnya adalah sudut antara titik utara (azimuth 0 derajat) dengan titik proyeksi bulan di ufuk yang diukur dari arah utara mengikuti arah jarum jam.

Metode menentukan posisi bulan menurut algoritma Brown adalah sebagai berikut. Dari tanggal dan waktu, konversikan waktunya menjadi UT. Dari UT, ubahlah menjadi TD dengan menambahkan Delta_T. Selanjutnya tentukan nilai Julian Day Ephemeris (JDE) untuk waktu TD tersebut.

•T = (JDE - 2451545)/36525.
•Bujur rata-rata bulan = U = 218,317 + 481267,883*T.
•Anomali rata-rata bulan = V = 134,954 + 477198,849*T.
•Bujur rata-rata titik naik bulan = Omega = 125,041 - 1934.142*T.
•Bujur rata-rata matahari = L = 280,466 + 36000,769*T.
•Anomali rata-rata matahari = M = 357,526 + 35999.050*T.
•Satuan U, V, Omega, L dan M adalah derajat dengan rentang nilai antara 0 hingga 360 derajat. Jika nilainya diluar rentang itu, kurangkan atau tambahkan dengan kelipatan 360 derajat.
Bujur Ekliptika Bulan

Untuk menentukan bujur ekliptika bulan yang sebenarnya, perlu dihitung koreksi bujur bulan yang berjumlah enam buah. Enam buah faktor koreksi itu berkaitan dengan

•- bentuk orbit bulan. Koreksi1 = 22640*SIN(V) + 769*SIN(2*V) + 36*SIN(3*V).
•- ketidaksamaan paralaks. Koreksi2 = -125*SIN(U - L).
•- variasi. Koreksi 3 = 2370*SIN(2*(U - V)).
•- persamaan tahunan. Koreksi4 = -668*SIN(M).
•- kemiringan orbit bulan. Koreksi5 = -412*SIN(2*(U - Omega)) + 212*SIN(2*(U - L - V)).
•- eveksi. Rumusnya agak panjang. Koreksi6 = 4586*SIN(2*(U - L) - V) + 206*SIN(2*(U - L) - V - M) + 192*SIN(2*(U - L) + V) + 165*SIN(2*(U - L) - M) + 148*SIN(V - M) - 110*SIN(V + M).
•Total koreksi adalah jumlah keenam koreksi di atas. Faktor koreksi di atas bersatuan detik busur. Jadi harus dibagi 3600 agar bersatuan derajat.
Akhirnya bujur bulan sesungguhnya (Lambda) menurut teori Brown adalah Lambda = Bujur rata-rata bulan (U) + Total Koreksi.

Lintang Ekliptika Bulan

•Lintang Ekliptika Bulan (Beta) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
•Beta = 18520*SIN(Lambda - Omega + 0,114*SIN(2*(U - Omega)) + 0,150*SIN(M)) - 526*SIN(2*L - U - Omega) + 44*SIN(2*L - U - Omega + V) - 31*SIN((2*L - U - Omega - V) - 23*SIN((2*L - U - Omega + M) + 11*SIN((2*L - U - Omega - M) - 25*SIN(U - Omega - 2*V) + 21*SIN(U - Omega - V).
•Beta menurut rumus di atas bersatuan detik busur. Jadi harus dibagi 3600 agar bersatuan derajat.
Jarak Bumi-Bulan

•Untuk menentukan jarak bumi-bulan, terlebih dahulu dihitung sudut paralaks bumi-bulan = Phi = 3423 + 187*COS(V) + 10*COS(2*V) + 34*COS(2*(U - L) - V) + 28*COS(2*(U - L)) + 3*COS(2*(U - L) + V).
•Phi bersatuan detik busur. Jadi harus dibagi 3600 agar bersatuan derajat.
•Sudut jari-jari bulan (s) dapat dihitung dengan rumus
•SIN(s) = 0,272493*SIN(Phi).
•s = ASIN(0,272493*SIN(Phi)).
•Jarak Bumi-Bulan = R = 6378,14/SIN(Phi).
•Satuan s adalah derajat.Satuan R adalah km.
Jika Bujur Ekliptika Bulan (Lambda) dan Lintang Ekliptika Bulan (Beta) sudah diketahui, maka selanjutnya dapat dicari Right Ascension Bulan (Alpha) dan Deklinasi Bulan (Delta). Disini tentu perlu dihitung dahulu nilai Epsilon, yaitu sudut antara bidang ekliptika dengan bidang ekuator. Penulis sudah pernah jelaskan masalah ini pada tulisan sebelumnya. Alpha dan Delta dapat dicari dengan menggunakan transformasi koordinat dari ekliptika geosentrik ke ekuator geosentrik. Silakan baca tulisan tentang TRANSFORMASI SISTEM KOORDINAT.

Dari nilai Alpha dan Delta tersebut, Azimuth dan Altitude Bulan pada waktu tertentu yang diamati di tempat tertentu (Bujur dan Lintang Geografis) juga dapat diketahui. Seperti telah dijelaskan pada tulisan TRANSFORMASI SISTEM KOORDINAT, terlebih dahulu dicari nilai Hour Angle (HA) yang dihitung dari Local Sidereal Time (LST), bujur geografis dan zona waktu lokal tempat tersebut. Dari Hour Angle, Delta dan lintang geografis yang telah diketahui, akhirnya azimuth dan altitude bulan dapat ditentukan.

Contoh

Pada tanggal 22 Juli 2009, Insya Allah akan terjadi gerhana matahari total. Menurut algoritma Meeus, gerhana maksimum akan terjadi pada pukul 02:36:36 TD atau pukul 02:35:29,5 UT (Delta T = 66,5 detik). Tentukan posisi bulan pada waktu tersebut, diukur dari koordinat 24,2 derajat N dan 144,1 derajat E (tempat teramatinya gerhana matahari total maksimum tersebut). Zona waktu tempat tersebut = UT + 9.

Jawab

•Tanggal 22 Juli 2009 pukul 02:36:36 TD bersesuaian dengan JDE = 2455034,60875.
•Karena itu nilai T = 0,09554028063.
•Selanjutnya dapat dihitung lima sudut argumen sebagai berikut.
•Bujur rata-rata bulan = 118,7856 derajat.
•Anomali rata-rata bulan = 6,66595 derajat.
•Omega = 300,25253 derajat.
•Bujur rata-rata matahari = 119,98957 derajat.
•Anomali rata-rata matahari = 196,88534 derajat.
•Untuk menentukan bujur ekliptika bulan, dapat dihitung enam buah koreksi, dimana total koreksi = 2384,260675 detik busur = 0,66229 derajat.
•Akhirnya Bujur ekliptika bulan = 119,44789 derajat = 119:26:52 derajat (119 derajat 26 menit busur 52 detik busur).
•Sementara itu lintang ekliptika bulan atau beta dapat dihitung = 0,068860 derajat = 0:4:8 derajat.
•Sudut paralaks bulan = 1:01:23 derajat, sehingga sudut jari-jari bulan = 0:16:44 derajat.
•Jarak bumi-bulan dapat dihitung = 357215 km.
•Nilai epsilon dapat dihitung = 23,439257 derajat.
•Dengan menggunakan transformasi koordinat dari ekliptika ke ekuator geosentrik, diperoleh
•Right ascension bulan (alpha) adalah pukul 8:6:29.
•Deklinasi bulan (delta) = 20:20:1 derajat.
•Selanjutnya digunakan transformasi koordinat dari ekuator geosentrik ke horison.
•Diamati dari posisi 24,2 derajat N dan 144,1 derajat E, azimuth dan altitude bulan pada waktu tersebut berturut-turut adalah 198:1:47 derajat dan 85:56:24 derajat.
Adapun, posisi matahari diukur dari tempat yang sama pada waktu yang sama adalah azimuth matahari 197:57:24 derajat dan altitude matahari 85:52:20 derajat. Silakan pembaca menghitung sendiri posisi matahari dengan cara yang telah diberikan pada tulisan sebelumnya tentang MENENTUKAN POSISI MATAHARI, atau dengan menggunakan file MS Excel yang penulis lampirkan dalam tulisan tersebut.

Nampak bahwa selisih azimuth bulan dan matahari adalah sekitar 4 menit busur (1 derajat = 60 menit busur). Adapun selisih altitude bulan dan matahari adalah sekitar 4 menit busur. Dengan menggunakan rumus separasi sudut, sudut jarak antara bulan-matahari adalah sekitar 4 menit busur pula. Angka ini jauh lebih kecil daripada sudut jari-jari bulan maupun matahari yang besarnya sekitar 16 menit busur. Jadi bulan dan matahari nampak berimpit sehingga memang terjadi gerhana matahari. Gerhana ini memang dapat diamati dari tempat tersebut, karena altitudenya positif dan waktu saat itu adalah di siang hari (pukul 11:35 waktu setempat).

Pembahasan lebih lengkap mengenai gerhana matahari total 22 Juli 2009 Insya Allah diberikan pada tulisan mendatang.

Dari perhitungan di atas, posisi bulan dapat disimpulkan sebagai berikut.

•Bujur ekliptika bulan = 119:26:52 derajat.
•Lintang ekliptika bulan = 0:4:8 derajat.
•Sudut jari-jari bulan = 0:16:44 derajat
•Jarak bumi-bulan = 357215 km.
•Right Ascension bulan = pukul 8:6:29.
•Deklinasi bulan = 20:20:1 derajat.
•Jika diukur dari tempat tersebut, azimuth bulan = 198:1:47 derajat dan altitude bulan = 85:56:24 derajat.
Sebagai perbandingan, algoritma ELP2000 yang terakurat dalam menentukan posisi bulan memberikan hasil sebagai berikut.

•Bujur ekliptika bulan = 119:27:5 derajat.
•Lintang ekliptika bulan = 0:4:14 derajat.
•Sudut jari-jari bulan = 0:16:43 derajat.
•Jarak bumi-bulan = 357531 km..
•Right Ascension bulan = pukul 8:6:30.
•Deklinasi bulan = 20:20:5 derajat.
•Jika diukur dari tempat tersebut, azimuth bulan = 198:0:32 derajat dan altitude bulan = 85:56:30 derajat.
Nampak disini algoritma Brown sudah sangat memadai untuk menentukan posisi bulan. Selisih hasilnya dengan algoritma ELP2000 hanya berkisar beberapa detik busur saja. Adapun selisih jarak bumi-bulan antara kedua algoritma hanya sekitar 300 km, yang jauh lebih kecil daripada jari-jari bulan (sekitar 1731 km) itu sendiri. Adapun pembahasan tentang algoritma ELP2000 yang disebut paling akurat dalam menentukan posisi bulan, Insya Allah diberikan pada kesempatan lain.

Rumus-rumus posisi bulan di atas berdasarkan algoritma Brown sudah penulis susun dalam file MS Excel yang dapat didownload di.

http://www.4shared.com/file/116396119/a30e2d26/Posisi-Bulan.html

Semoga bermanfaat.

DR. RINTO ANUGRAHA

Saat ini sebagai peneliti pasca doktoral dalam bidang Nonlinear Physics di Kyushu University, Fukuoka, JAPAN.

Referensi:

•Oliver Montenbruck, Practical Ephemeris Calculation, Springer-Verlag, Berlin, 1989.
•Jean Meeus: Astronomical Algorithm, Willmann-Bell, Virginia, 1991.
•Mohamad Odeh, Accurate Times v.5.1.
•NASA, Five Millennium Catalog of Solar Eclipses

FASE FASE BULAN


Bulan (moon) adalah benda langit yang tidak memiliki cahaya sendiri. Cahaya bulan yang dilihat manusia sesungguhnya adalah pantulan/refleksi cahaya matahari yang sampai ke bumi. Setiap saat, posisi bulan relatif terhadap bumi dan matahari mengalami perubahan. Akibatnya, luasan cakram bulan yang terkena sinar matahari setiap saat dan setiap hari mengalami perubahan.

Bulan (moon) adalah benda langit yang tidak memiliki cahaya sendiri. Cahaya bulan yang dilihat manusia sesungguhnya adalah pantulan/refleksi cahaya matahari yang sampai ke bumi. Setiap saat, posisi bulan relatif terhadap bumi dan matahari mengalami perubahan. Akibatnya, luasan cakram bulan yang terkena sinar matahari setiap saat dan setiap hari mengalami perubahan.

Mula-mula saat bulan baru (new moon), tidak ada cahaya bulan yang nampak. Keesokan harinya bulan sabit tipis (waxing crescent) nampak di ufuk barat sebelum terbenam matahari. Setiap hari, luasan cahaya bulan tersebut terus membesar, hingga setelah kira-kira tujuh hari kemudian mencapai setengah dari luasan cakram bulan. Saat itu disebut first quarter, karena kira-kira umur bulan (moon) adalah seperempat bulan (month). Luasan bulan terus membesar hingga kira-kira 14 hari setelah new moon, luasan cakram bulan mencapai maksimum 100% yang disebut dengan bulan purnama (full moon). Selanjutnya, luasan cahaya cakram bulan mulai mengecil hingga kembali mencapai setengah luasan, yang disebut sebagai fase last quarter. Kemudian bulan kembali berbentuk bulan sabit tipis (waning crescent) yang nampak di ufuk timur sebelum matahari terbit. Akhirnya, bulan kembali mengalami fase bulan baru dan begitu seterusnya.

Fenomena perubahan fase bulan digambarkan dalam Al Quran Surat Yasin:39."Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua". Yang dimaksud dengan 'urjun al-qadim adalah bentuk bulan tua (waning crescent).

Dari paparan di atas, ada empat fase bulan, yaitu

•1. Bulan baru (new moon)
•2. Seperempat pertama (first quarter)
•3. Bulan purnama (full moon)
•4. Seperempat akhir (last quarter)
Berikut ini akan dijabarkan metode untuk menghitung waktu terjadinya keempat fase bulan tersebut. Koordinat yang digunakan adalah geosentrik, dimana posisi titik pusat matahari dan bulan diukur dari pusat bumi. Adapun fase-fase bulan secara toposentrik (posisi titik pusat matahari dan bulan diukur dari pengamat di permukaan bumi) Insya Allah akan dibahas pada kesempatan lain, terutama setelah diberikan penjelasan tentang koordinat toposentrik.

Definisi keempat fase bulan berikut ini tidak menggunakan prosentase luasan cahaya cakram bulan, namun selisih antara bujur ekliptika nampak (apparent ecliptical longitude) bulan dan matahari.

•Fase bulan baru adalah ketika bujur ekliptika bulan = bujur ekliptika matahari.
•Fase seperempat pertama adalah ketika bujur ekliptika bulan = bujur ekliptika matahari + 90 derajat.
•Fase bulan purnama adalah ketika bujur ekliptika bulan = bujur ekliptika matahari + 180 derajat.
•Fase seperempat akhir adalah ketika bujur ekliptika bulan = bujur ekliptika matahari + 270 derajat.
Berikut ini akan dijelaskan algoritma Meeus dalam menentukan fase-fase bulan. Proses perhitungannya agak panjang sehingga beberapa bagian akan dilewati. Seperti biasa, penulis juga melengkapinya dengan file Excel.

•Untuk tahun hijriyah Y dan bulan hijriyah B, maka lunasi (k0) = 12*Y + B - 17050. Nilai k0 sudah pasti harus berupa bilangan bulat.
•Untuk bulan baru, k = k0.
•Untuk seperempat pertama, k = k0 + 0,25.
•Untuk bulan purnama, k = k0 + 0,50.
•Untuk seperempat akhir, k = k0 + 0,75.
•Nilai k = 0 bersesuaian dengan bulan baru tanggal 6 Januari 2000.
•Selanjutnya T = k/1236,85.
Dari nilai k dan T di atas, dapat dihitung empat buah sudut di bawah ini (M, M', F dan Omega) yang bersatuan derajat. Selanjutnya dihitung pula 14 buah argumen planet berikut ini (A1 - A14) yang juga bersatuan derajat. Rumus empat buah sudut serta empat belas argumen planet terdapat di lampiran di bagian bawah tulisan ini.

Berikutnya dapat dihitung waktu rata-rata fase bulan yang belum terkoreksi dinyatakan dalam Julian Day Ephemeris adalah (waktu dalam TD). Demikian juga dapat dihitung koreksi-koreksi untuk semua fase (bersatuan hari). Koreksi-koreksi tersebut mencakup koreksi argumen planet, koreksi bulan baru, koreksi bulan purnama, koreksi fase quarter, serta koreksi W. Rumus waktu rata-rata fase bulan tak terkoreksi serta rumus-rumus koreksinya terdapat pada lampiran di bawah.

Akhirnya waktu-waktu untuk empat fase bulan (dinyatakan dalam Julian Day Ephemeris JDE bersatuan TD) dengan memperhitungkan semua faktor koreksi dirumuskan sebagai berikut.

•JDE bulan baru terkoreksi = JDE bulan baru rata-rata + Koreksi argumen planet + Koreksi Bulan Baru.
•JDE fase seperempat pertama terkoreksi = JDE fase seperempat pertama rata-rata + Koreksi argumen planet + Koreksi Fase Quarter + W.
•JDE bulan purnama terkoreksi = JDE bulan purnama rata-rata + Koreksi argumen planet + Koreksi Bulan Purnama.
•JDE fase seperempat akhir terkoreksi = JDE fase seperempat akhir rata-rata + Koreksi argumen planet + Koreksi Fase Quarter - W.
Waktu-waktu di atas masih dalam Dynamical Time (TD). Agar dinyatakan dalam Universal Time (UT) atau GMT, maka waktu dalam TD harus dikurangi dengan Delta_T. Akhirnya, rumus-rumus di atas sudah penulis susun dalam file MS Excel yang dapat didownload di

http://www.4shared.com/file/124301305/39f0c820/fase-bulan.html

Contoh: Hitunglah keempat fase bulan (moon phases) untuk bulan Ramadhan (Ramadhan month) 1430 H.

Jawab:

•Ramadhan = bulan ke 9, maka B = 9.
•Lunasi (k0) = 12*1430 + 9 - 17050 = 119.
•Untuk bulan baru, k = 119 dan T = 0,0962121518.
•Untuk seperempat pertama, k = 119,25 dan T = 0,0964142782.
•Untuk bulan purnama, k = 119,50 dan T = 0,0966164046.
•Untuk seperempat akhir, k = 119,75 dan T = 0,0968185309.
Untuk menyingkat pembahasan, penulis tidak perlu menuliskan angka sudut M, M', F, Omega serta keempat belas argumen planet. Penulis langsung kepada nilai Julian Day dan koreksi-koreksinya.

•JDE bulan baru rata-rata = 2455064,237725.
•JDE seperempat pertama rata-rata = 2455071,620372.
•JDE bulan purnama rata-rata = 2455079,003019.
•JDE seperempat akhir rata-rata = 2455086,385666.
•Koreksi argumen planet untuk bulan baru = -0,000226 hari.
•Koreksi argumen planet untuk seperempat pertama = -0,000208 hari.
•Koreksi argumen planet untuk bulan purnama = -0,000192 hari.
•Koreksi argumen planet untuk seperempat akhir = -0,000180 hari.
•Koreksi bulan baru = -0,319038 hari.
•Koreksi seperempat pertama = -0,631983 hari.
•Koreksi bulan purnama = 0,166378 hari.
•Koreksi seperempat akhir = 0,209544 hari.
Akhirnya JDE untuk keempat fase adalah sebagai berikut.

•JDE terkoreksi bulan baru = 2455063,918461.
•JDE terkoreksi seperempat pertama = 2455070,988182.
•JDE terkoreksi bulan purnama = 2455079,169205.
•JDE terkoreksi seperempat akhir = 2455086,595031.
Nilai Delta_T yang bersesuaian dengan tahun 2009 bulan Agustus adalah sekitar 66,5 detik atau 0,000770 hari. Nilai Julian Day (JD) dalam satuan UT adalah JDE dikurangi Delta_T. Akhirnya diperoleh nilai JD untuk masing-masing fase. Cara mengkonversi JD menjadi penanggalan Masehi/Gregorian sudah dijelaskan pada tulisan sebelumnya yang berjudul KALENDER JULIAN, KALENDER GREGORIAN dan JULIAN DAY. Selanjutnya, jika JD dalam UT atau GMT tersebut dikonversi menjadi penanggalan Gregorian (Masehi), hasilnya adalah sebagai berikut.

•Fase bulan baru untuk Ramadhan 1430 H = JD 2455063,917691 = 20 Agustus 2009 pukul 10:01:28 UT.
•Fase seperempat pertama untuk Ramadhan 1430 H = JD 2455070,987412 = 27 Agustus 2009 pukul 11:42:52 UT.
•Fase bulan purnama untuk Ramadhan 1430 H = JD 2455079,168435 = 4 September 2009 pukul 16:02:33 UT.
•Fase seperempat akhir untuk Ramadhan 1430 H = JD 2455086,594261 = 12 September 2009 pukul 02:15:44 UT.
Hasil di atas, jika dibandingkan dengan perhitungan NASA, memberikan hasil yang praktis sama. Perhitungan NASA dengan satuan waktu terkecil adalah menit memberikan hasil berturut-turut 20 Agustus 10:01, 27 Agustus 11:42, 4 September 16:03 dan 12 September 02:16.

Secara umum, perhitungan yang penulis susun dalam file Excel di atas menggunakan algoritma Meeus praktis sama dengan hasil perhitungan NASA, baik dalam ratusan tahun yang lalu, maupun ratusan tahun ke depan. Sebagai contoh, file MS Excel memberikan hasil fase-fase bulan untuk bulan Muharram 1200 H berturut-turut adalah 2 Nopember 1785 pukul 3:25:30 UT, 9 Nopember 1785 pukul 19:34:47 UT, 16 Nopember 1785 pukul 10:35:14 UT dan 23 Nopember 1785 pukul 16:59:36 UT. Sementara NASA memberikan hasil 2 Nopember 1785 pukul 3:26 UT, 9 Nopember 1785 pukul 19:35 UT, 16 Nopember 1785 pukul 10:35 UT dan 23 Nopember 1785 pukul 17:00 UT. Adapun untuk waktu yang lebih lampau lagi, ada perbedaan beberapa menit yang disebabkan oleh perbedaan formula untuk menentukan Delta_T atau perbedaan suku-suku koreksi. Sebagai contoh, file MS Excel memberikan hasil bulan baru (konjungsi) untuk bulan Muharram 1 H adalah 14 Juli 622 M pukul 5:21:55 UT, sedangkan NASA memberikan hasil 14 Juli 622 M pukul 5:26 UT. Perbedaan sekitar 5 menit ini untuk menentukan waktu fase bulan yang terjadi sekitar 1500 tahun yang lalu dapatlah dimaklumi.

Hasil di atas juga dapat dicek dengan menghitung bujur ekliptika nampak (lambda) bulan dan bujur ekliptika nampak (lambda) matahari. Penulis juga sudah menyusun file MS Excel untuk menentukan posisi bulan dan matahari berdasarkan algoritma Meeus. Dalam kesempatan ini, penulis hanya akan menyampaikan hasilnya saja terkait dengan fase bulan di atas, namun penjelasannya Insya Allah diberikan pada kesempatan lain. Hasilnya:

•Fase Bulan baru terjadi pada 20 Agustus 2009 pukul 10:01:27 UT, yaitu ketika lambda bulan = lambda matahari = 147:31:34 derajat.
•Fase seperempat pertama terjadi pada pukul 27 Agustus 2009 pukul 11:41:58 UT, yaitu ketika lambda bulan = 244:20:38 derajat dan lambda matahari = 154:20:38 derajat. Berarti lambda bulan mendahului lambda matahari sebesar 90 derajat.
•Fase bulan purnama terjadi pada 4 September 2009 pukul 16:02:36 UT, yaitu ketika lambda bulan = 342:15:23 derajat dan lambda matahari = 162:15:23 derajat. Berarti lambda bulan mendahului lambda matahari sebesar 180 derajat.
•Fase seperempat akhir terjadi pada pukul 12 September 2009 pukul 2:15:40 UT, yaitu ketika lambda bulan = 79:27:55 derajat (atau 439:27:55 derajat) dan lambda matahari = 169:27:55 derajat. Berarti lambda bulan mendahului lambda matahari sebesar 270 derajat.
Jika kita bandingkan hasil fase-fase bulan di atas, ternyata hasilnya cukup baik dan praktis sama. Fase bulan baru, seperempat pertama, bulan purnama dan seperempat akhir masing-masing berturut-turut hanya berbeda 1, 6, 3 dan 4 detik. Perbedaan yang hanya beberapa detik ini disebabkan oleh pengabaian suku-suku koreksi yang sangat kecil.

Pada rumus JDE rata-rata, terdapat angka sebesar 29,530588853 hari atau 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik. Ini adalah waktu rata-rata bulan sinodik, atau waktu rata-rata dari satu bulan baru ke bulan baru berikutnya. Meskipun, dengan banyaknya faktor koreksi dari pergerakan maatahari, bumi dan planet lainnya, rentang waktu antara satu bulan baru ke bulan baru berikutnya bervariasi dari angka tersebut di atas. Misalnya, dengan menggunakan file MS Excel di atas, fase bulan baru untuk awal Ramadhan 1430 H terjadi pada 20 Agustus 2009 pukul 10:01:28 UT, sedangkan untuk awal bulan Syawal 1430 H, fase bulan baru terjadi pada 18 September 2009 pukul 18:44:19 UT. Jadi rentang waktu antara kedua fase bulan baru tersebut adalah 29 hari 8 jam 42 menit 51 detik, atau lebih cepat sekitar 4 jam dari angka rata-rata di atas.

Karena waktu rata-rata bulan sinodik di atas adalah sekitar 29,5 hari, maka lama satu bulan Islam hanya ada dua kemungkinan, yaitu 29 hari atau 30 hari. Tidak pernah satu bulan Islam berumur 28 atau 31 hari.

Mungkin ada yang bertanya, dari manakah angka rata-rata satu bulan sinodik sebesar 29,530588853 hari. Ketika pada fase bulan baru tertentu, lambda bulan = lambda matahari, maka pada fase bulan baru berikutnya meskipun lambda bulan tetap sama dengan lambda matahari, sebenarnya selisihnya adalah sebesar 360 derajat. Kita tahu bahwa 360 derajat = 0 derajat sehingga lambda bulan tetap sama dengan lambda matahari. Jadi, satu bulan sinodik adalah waktu yang diperlukan agar lambda bulan mendahului lambda matahari sebesar 360 derajat. Angkanya dapat diperoleh berikut ini.

Rumus bujur rata-rata bulan = 218,3164591 + 481267,88134236*T - 0,0013268*T*T + T*T*T/538841 - T*T*T*T/65194000. Sementara rumus bujur rata-rata matahari adalah = 280,46645 + 36000,76983*T + 0,0003032*T*T. Disini, kecepatan bujur rata-rata bulan dan matahari berturut-turut adalah 481267,88134236 dan 36000,76983 (satuan derajat per abad). Selisih kecepatan bujur keduanya adalah 445267,11151236 derajat per abad. Maka 360 derajat membutuhkan waktu 360/445267,11151236 abad = (360/445267,11151236)*36525 hari = 29,530588853 hari.

Demikianlah sedikit ulasan tentang fase-fase bulan, semoga bermanfaat.

DR. Rinto Anugraha (Dosen Fisika UGM).

----------------------------------------

Lampiran Rumus-rumus

Rumus empat sudut (M, M', F dan Omega):

•M = 2,5534 + 29,10535669*k - 0,0000218*T*T - 0,00000011*T*T*T.
•M' = 201,5643 + 385,81693528*k + 0,0107438*T*T + 0,00001239*T*T*T - 0,000000058*T*T*T*T.
•F = 160,7108 + 390,67050274*k - 0,0016341*T*T - 0,00000227*T*T*T + 0,000000011*T*T*T*T.
•Omega = 124,7746 - 1,5637558*k + 0,0020691*T*T + 0,00000215*T*T*T.
Rumus empat belas sudut argumen planet (A1 sampai dengan A14):

•A1 = 299,77 + 0,107408*k - 0,009173*T*T.
•A2 = 251,88 + 0,016321*k.
•A3 = 251,83 + 26,651886*k.
•A4 = 349,42 + 36,412478*k.
•A5 = 84,66 + 18,206239*k.
•A6 = 141,74 + 53,303771*k.
•A7 = 207,14 + 2,453732*k.
•A8 = 154,84 + 7,30686*k.
•A9 = 34,52 + 27,261239*k.
•A10 = 207,19 + 0,121824*k.
•A11 = 291,34 + 1,844379*k.
•A12 = 161,72 + 24,198154*k.
•A13 = 239,56 + 25,513099*k.
•A14 = 331,55 + 3,592518*k.
Rumus Waktu rata-rata fase bulan yang belum terkoreksi dinyatakan dalam Julian Day Ephemeris adalah (waktu dalam TD)

JDE = 2451550,09765 + 29,530588853*k + 0,0001337*T*T - 0,00000015*T*T*T + 0,00000000073*T*T*T*T.

Rumus koreksi waktu fase bulan:

Koreksi argumen planet = [325*SIN(A1) + 165*SIN(A2) + 164*SIN(A3) + 126*SIN(A4) + 110*SIN(A5) + 62*SIN(A6) + 60*SIN(A7) + 56*SIN(A8) + 47*SIN(A9) + 42*SIN(A10) + 40*SIN(A11) + 37*SIN(A12) + 35*SIN(A13) + 23*SIN(A14)]/1000000.

Koreksi Bulan Baru = [-40720*SIN(M') + 17241*E*SIN(M) + 1608*SIN(2*M') + 1039*SIN(2*F) + 739*E*SIN(M'-M) - 514*E*SIN(M'+M) + 208*E*E*SIN(2*M) - 111*SIN(M'-2*F) - 57*SIN(M'+2*F) + 56*E*SIN(2*M'+M) - 42*SIN(3*M') + 42*E*SIN(M+2*F) + 38*E*SIN(M-2*F) - 24*E*SIN(2*M'-M) - 17*SIN(Omega) - 7*SIN(M'+2*M) + 4*SIN(2*(M'-F)) + 4*SIN(3*M) + 3*SIN(M'+M-2*F) +3*SIN(2*(M'+F)) - 3*SIN(M'+M+2*F) + 3*SIN(M'-M+2*F) - 2*SIN(M'-M-2*F) - 2*SIN(3*M'+M) + 2*SIN(4*M')]/100000.

Koreksi Bulan Purnama = [-40614*SIN(M') + 17302*E*SIN(M) + 1614*SIN(2*M') + 1043*SIN(2*F) + 734*E*SIN(M'-M) - 515*E*SIN(M'+M) + 209*E*E*SIN(2*M) - 111*SIN(M'-2*F) - 57*SIN(M'+2*F) + 56*E*SIN(2*M'+M) - 42*SIN(3*M') + 42*E*SIN(M+2*F) + 38*E*SIN(M-2*F) - 24*E*SIN(2*M'-M) - 17*SIN(Omega) - 7*SIN(M'+2*M) + 4*SIN(2*(M'-F)) + 4*SIN(3*M) + 3*SIN(M'+M-2*F) +3*SIN(2*(M'+F)) - 3*SIN(M'+M+2*F) + 3*SIN(M'-M+2*F) - 2*SIN(M'-M-2*F) - 2*SIN(3*M'+M) + 2*SIN(4*M')]/100000.

Koreksi Fase Quarter= [-62801*SIN(M') + 17172*E*SIN(M) + 862*SIN(2*M') + 804*SIN(2*F) + 454*E*SIN(M'-M) - 1183*E*SIN(M'+M) + 204*E*E*SIN(2*M) - 180*SIN(M'-2*F) - 70*SIN(M'+2*F) + 27*E*SIN(2*M'+M) - 40*SIN(3*M') + 32*E*SIN(M+2*F) + 32*E*SIN(M-2*F) - 34*E*SIN(2*M'-M) - 28*E*E*SIN(M'+2*M) - 17*SIN(Omega) + 2*SIN(2*(M'-F)) + 3*SIN(3*M) + 3*SIN(M'+M-2*F) +4*SIN(2*(M'+F)) - 4*SIN(M'+M+2*F) + 2*SIN(M'-M+2*F) - 5*SIN(M'-M-2*F) - 2*SIN(3*M'+M) + 4*SIN(M'-2*M)]/100000.

Koreksi W = [306 - 38*E*COS(M) + 26*COS(M') - 2*COS(M' - M) + 2*COS(M' + M) + 2*COS(2*F)]/100000.

Akankah Facebook Bertahan Lama?


Dalam beberapa bulan terakhir ini, Facebook benar-benar telah mengambil hidup jutaan orang, termasuk di Indonesia. Dan mungkin, bisa jadi termasuk kita sendiri.

Sebabnya, di Facebook, para penggunanya bisa berinteraksi dengan banyak orang, teman-teman baru ataupun teman-teman lama. Di Facebook, kita bisa bermain game internet gratis, juga bisa menampilkan foto-foto kita, dan tidak seperti halnya di blog atau situs, foto-foto tersebut dijamin langsung bisa dilihat oleh friend list yang bersangkutan. Bahkan dikomentari. Di Facebook pula ada fasilitas chatting, dan meng-up-date status—sampai-sampai ke kamar mandi dan segala hal tak penting lainnya pun (atau yang lebih parah, hal sangat pribadi!) diberitahukan kepada khalayak. Dan mendapatkan tanggapan dari beberapa orang. Itulah kelebihan Facebook yang tak didapati di situs-situs jejaring sosial lainnya.

Tidak heran kemudian, jika hampir semua pengguna internet menjadi ketagihan akan Facebook. Apalagi sekarang internet (dan juga Facebook terutama) bisa langsung diakses dari HP yang murah-meriah dengan biaya yang sangat murah pula. Artinya, up-date status bisa terjadi dimana dan kapan saja.

Namun, apakah Facebook akan bertahan lama?

Lama-kelamaan, orang akan semakin sadar bahwa Facebook telah menciptakan sebuah komunitas yang benar-benar maya. Memang betul Facebook juga mempunyai sisi positifnya, seperti menjalin tali silaturahmi dengan orang lain.

Satu-satunya hal yang akan membuat Facebook ditinggalkan adalah kebosanan yang melanda para penggunanya. Setelah mondar-mandir selama tiga atau empat bulan di Facebook, orang akan dengan segera menemukan kejenuhan, karena semuanya hanya berlangsung begitu-begitu saja, dan semuanya selesai.

Hanya saja, para pengguna internet yang baru pun akan terus bermunculan, terutama kalangan ABG. Dan memang, bagi mereka yang masih berusia di periode ini, Facebook benar-benar mewakili kebutuhan mereka akan ajang unjuk diri. Dan mungkin bagi mereka, menghentikan Facebook menjadi sesuatu yang sulit, dan hanya bisa terjadi ketika sudah mulai beranjak dewasa dan atau tua. Jika Anda seorang dewasa, dan begitu kecanduan akan Facebook--salah satu ciri kecanduan Facebook adalah up-date status begitu sering hanya dalam beberapa waktu puluh menit--mungkin sudah waktunya untuk berhenti sejenak.

Sekarang, mari kita tanyakan kepada kita diri pribadi: apakah selama ini Facebook benar-benar kita gunakan untuk kebaikan atau hanya untuk sekadar up-date status tak penting, curhat dan rame-ramean doang? (sa)

Senin, 24 Agustus 2009

Kalau Jujur kan Enak................


Pernah nggak merasakan kecewa sewaktu membeli barang. Di pasar misalnya, mau beli sesuatu. Uang ada dan sudah dibawa. Kemudian kita berkeliling mengitari pasar untuk mencari barang yang ingin kita beli. Sempat sesekali kita temukan beberapa tempat yang menyediakan barang yang ingin kita beli. Tentu, pertamanya kita survey harga, alias nanyain penjual berapa mereka buka harga awal. Kenapa harga awal, ya memang karena masih bisa tawar menawar. Namanya juga belanja. Yang pandai nawar yang untung. Soalnya, belanja dipasar bukan kayak di mall atau supermarket. Udah ada tertera harga barangnya disitu. Namanya juga swalayan. Kita lihat, ada uang, baru angkat dan bayar ke kasir. Nah kalau di pasar, sekiranya gak pandai-pandai nawar, bisa jadi harga yang kita beli dua kali lipat mahalnya dengan harga asli.

Kalau bicara soal harga, memang kita gak bisa banyak komentar. Soalnya, prinsip pasar dalam islam bebas dan beretika. Artinya, penjual boleh saja menjual dengan harga sekehendaknya selama dalam transaksi jual beli itu berlangsung atas dasar suka sama suka. Pembeli juga gak komplain, karena mungkin dilihat harganya cocok dengan barang yang ditawarkan. Sah-sah saja. yang penting, waktu nawarkan barang si penjual haruslah sejujur mungkin. Artinya, kalaupun gak sampai menceritakan ke pembeli berapa modal dan berapa untung, ya minimal tidak berbohong dengan melebih-lebihkan kualitas barang dari yang sebenarnya. Kemudian, ngasi harga juga harus kira-kira. Nggak terlalu tinggi juga nggak terlalu rendah. Sesuai dengan jangkauan pembeli. Itulah yang disebut etika.

Masalahnya lagi, terkadang banyak orang yang jualan tapi nggak jujur. Lain barang yang dipajang, lain pula barang yang dijual. Ini yang sering buat kita kesal kalau belanja, ternyata setelah sampai dirumah, barangnya tidak seperti apa yang ada di pasar. Kadang ada yang campuran, sebagian bagus sebagian lagi jelek.

Inilah yang pernah saya alami sewaktu berbelanja buah-buahan. Awalnya, ketika melihat tumpukan buah itu, benar-benar ingin mencicipinya. Kebetulan, waktu itu tengah malam menjelang dini hari. Untuk musim panas di sini, malam itu tak ubahnya seperti siang. Untuk ukuran mesir, jam 12 malam itu kayak baru jam delapan. Masih ramai. Termasuk juga dipasar yang kebetulan waktu itu aku melintasinya saat ingin mengunjungi rumah kawan.

“killo talatah we nnous” teriak penjual menawarkan buah apel lokal dengan harga tiga pon sekilo. Langsung aku mendekatinya. Dan memilih buah untuk ditimbang. Tapi, belum lagi sempat terambil buah itu dan dimasukkan di pelastik, penjualnya nyamperin “ ayiz kam killo” tanyanya berapa kilo aku pengen beli. Dan dia langsung memilih, mengumpulkan buah-buah itu sampe beratnya sekilo. Lalu ditimbang.

Memang aneh kupikir penjual di sini. Kebanyakan tabiatnya gitu. Khususnya penjual buah. Kita gak boleh milih sendiri. Musti orang itu yang milih. Iyalah kalau itu salah satu bentuk pelayanan mereka pada pembeli, kita senang. Tapi, itu bukan yang seperti kita kira, karena pengen untung besar mungkin, makanya mereka begitu. Soalnya, yang dipajang yang bagus-bagus. Kadang nyusunnya bentuk piramid lagi. Tapi pas waktu dijual, milihnya bagian-bagian belakang. Kebanyakan yang tidak bagus. Ya, kalau belinya sekilo, paling dapat bagusnya cuma sebagian. Sebagian lagi yang jelek. Dan ternyata, waktu di rumah keliatan. Buahnya banyak yang busuk. “Dasar orang Arab “ cetusku.

Dulu, semasa rasul kejadian begini juga banyak. Sempat sesekali rasul menegur mereka. Kebetulan waktu beliau jalan-jalan ke pasar. Dilihatnya ada pedagang yang menjual kurma. Terlihat tumpukan kurma itu tersusun bagus. Kalau dilihat sepintas, semuanya kualitas nomor satu. Tapi setelah didekati rasul, dan rasul memasukkan tangannya ditumpukan kurma-kurma itu. lalu didapati kurma yang basah. Dan ketika ditanya, memang itu sempat terkena air hujan. Namun karena tidak ingin rugi, maka penjual itu tetap menggabungkannya dengan yang bagus. Dengan harapan kalau dijual dengan yang bagus, tidak keliatan yang buruk. Lantas rasulpun menyuruh untuk memisahkannya.

Dalam banyak hadis rasul banyak memperingatkan. Ada yang bilang, penjual yang melakukan tipu muslihat ketika menjual barangnya tidak termasuk golongan islam. Ada larangan tidak boleh menjual barang yang mengandung unsur penipuan. Kemudian dilarang menjual barang yang tidak bisa dimiliki. Bahkan sampai-sampai untuk barang yang dijualnya, namun sewaktu akad barang itu tidak ada dihadapan, maka disyaratkan khiyar. Artinya, sekiranya barang yang diterima tidak sesuai dengan yang dibilang diawal, maka uang dikembalikan.

Sungguh, benar prinsip dagang yang harus dipegang bagi setiap muslim. Dalam Firman Allah diperingatkan, larangan sesorang memakan harta orang lain dengan jalan yang batil, kecuali degan jalan jual beli, itupun harus dilandasi dengan dasar sukua sama suka. Harus ada keridoan dan rela hati antara penjual dan pembeli. Jadi sewaktu, penjual menetapkan harga sekian, dan pembeli menyetujuinya barulah jual beli itu sah. jadi tidak ada, kekesalan hati diantara kedua belah pihak.

Begitu juga pasalnya pada pembeli. Ini menyangkut harga. Terkadangan, mungkin kita sendiri sering berbelanja dan tawar menawar sama pedagang, tapi yang ada terkesan malah yang maksa itu kita. Memang, pembeli itu ibarat raja. Tapi bukan lantas bisa menawarkan harga yang kadang membuat penjual tidak ada untungnya. Bahkan, kadang rugi. Kalau sudah terdesak, dan barang belum laku. Maka fikir kita sebagai pembeli ini kesempatan.

Padahal tidak, jual beli itu kan motif utamanya adalah tolong menolong. Dari sini lah ditekankan keridhoan antara keduanya. Bagaimana mungkin, kalau penjual aja dianjurkan menetapkan harga sewajarnya, lantas pembeli dibenarkan menwar harga seenaknya. Ya kira-kira juga lah nawarnya. Bahkan kadang, dengan tawaran sangat rendah, dan terakhir tidak beli, justru menyepelekan si penjual.

Rasul pernah bilang, Allah bakal memberi rahmatnya pada penjual yang toleran netapin harga, dan pembeli yang toleran nawar harga, juga kedua-duanya yang sepakat melakuan transaksi jual beli dengan harga yang bersahabat.

Jadi, memang kejujuran itu kunci utama dalam dagang. Karena itu akan menumbuhkan kepercayaan yang lebih kepada pembeli. kalau nabi dulu, sewaktu berdagang malah Cuma bilang berapa modal barang itu. untuk harga jual diserahkan pada pembeli. ya, pastinya harus ada untung.

Maka pantas kalau begitu, tempat pedangang-pedagang yang jujur kelak di akhirat bersama para nabi.

madhan_syah@yahoo.com

http://madhan-syah.blogspot.com/

Minggu, 23 Agustus 2009

Kenapa Harus Marah

oleh Fery Ramadhansyah
Jumat, 14/08/2009 14:33 WIB

Siapa saja, kalau ada hak-haknya tidak diindahkan oleh orang lain maka ia akan menimbulkan sikap yang berlawanan. Sikap inilah yang sering kelihatan manakala seseorang merasa dirinya diabaikan begitu saja. serasa tidak berharga dan tidak dipandang oleh orang lain. Apalagi dalam realitanya ia lebih baik dari pada yang lain. Maka sikap marah adalah ekspresinya.

Tentu setiap kita pernah marah. Apapun alasannya, jika hal tersebut tidak berkenan dalam hati kita, maka sikap yang muncul cenderung negatif. Marah, jengkel, kesal dan lain sebagainya akan muncul beriringan dengan rasa ego yang ada. Dan tidak sedikit dari orang-orang yang tidak bisa mengendalikan emosinya, melahirkan sikap negatif yang merugikan, bukan hanya bagi dirinya tetapi juga orang yang ada disekitar.

Satu kali aku menaiki angkutan umum dari mahattah (halte) akhir hay ‘Asyir menuju hay Sabi’. Di pertengahan jalan, di mahattah Gami ada seorang penumpang memberhentikan angkutan yang sedang kukendarai tersebut. Orangnya masih muda, kutaksir usianya sekitar dua puluh tujuhan. Mungkin, karena musim panas, padahal waktu itu malam, tapi kondisi mendukung untuk memeperpanjang masalah yang ada.

Berawal dari ketidaksepakatan penumpang terhadap ongkos angkutan itu. Sebenarnya, dalam hal ini yang salah adalah supir. Karena ia memasang tarif ongkos yang tidak seperti biasanya. Untuk jarak asyir ke sabi’ standarnya adalah tujuh puluh lima qirsy. Kalau Cuma sampai Enpi, karena belum sampai sabi’ maka cuma lima puluh qirsy. Nah, si penumpang protes, dengan tujuan Enpi, ongkos yang diambil sama dengan tujuan Sabie. Pertengkaran pun terjadi. Antara penumpang dan sopir, saling berkeras ditengah perjalanan. Caci maki, sesekali terlontar dari keduanya, dan si penumpang tadi minta diturunkan di mahattah berikutnya. Ia pun meminta penuh kembali ongkos yang diambil. Namun, bukan selesai masalah, tapi kembali membuka debat panjang.

Kita sering bilang, berantem orang mesir Cuma sekedar perang mulut. Laga alasan, siapa yang paling kuat dia yang menang. Siapa yang paling keras suaranya dia yang menang. Tapi, ya begitu. Kadang tidak ada yang mau mengalah. Sama-sama keras dan sama-sama mau menang. Kalau tidak ada yang melerai, mungkin mereka bisa bertengkar berhari-hari.

Ada satu yang unik. Orang mesir suka ribut, bertengkar mulut, namun melerai mereka ditengah pertengkaran tidak terlalu sulit. Sama seperti yang terlihat ketika itu, sewaktu si penumpang turun, mobil diberhentikan dan sopir juga turun. Mereka bertengkar cukup lama. Kalaulah tidak seorang penumpang di antara kami melerai mereka, pasti tambah lama. Cukup dengan kata shallu alan nabiy, menyuruh mereka bersalawat, dan emosipun redah. Pertengkaran pun bisa berhenti.

Juga, yang lebih beda adalah mereka bisa hanya marah di mulut, tanpa harus dimasuki ke dalam hati. Selesai bertengkar, selesai masalah. Tidak ada lagi yang namanya dendam. Jadi kesannya, cepat marah cepat pula hilangnya.
Dalam salah satu hadis rasulullah saw pernah bersabda; orang yang kuat bukan dilihat seberapa hebatnya dia berkelahi, tapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai emosinya ketika marah.

Penggambaran rasul mengenai orang hebat adalah penggambaran yang sangat tepat. Karena memang sehebat-hebatnya seseorang, dia tidak akan mungkin mampu mengalahkan lawan kalau tidak bisa mengendalikan emosi. Sebab, dalam bertanding di arena sekalipun, kalau cuma mengandalkan kekuatan tanpa mengindahkan cara, mustahil akan menang. Dan cara untuk mengalahkan lawan tidak mungkin ada kalau saat bertanding dirinya tidak mampu mengendalikan emosi. Sehingg yang terjadi, serangan demi serangan yang dilancarkan, berlalu sia-sia. Sebab tidak ada tekhnik yang mengendalikannya.

Itu kalau kita lihat dalam arena pertandingan. Dalam kehidupan juga tidak jauh beda. Sama seperti saat bertanding, seketika ada sesuatu yang memancing kemarahan sesungguhnya itu adalah pintu kelemahan seseorang. Kalau ia terdorong untuk masuk ke pintu itu, tanpa ada kendali sedikitpun, maka yang akan terjadi dibelakang hari adalah penyesalan.

Perhatikan orang-orang yang dikuasai nafsu amarahnya. Ia cenderung bertindak sembarangan. Tanpa pikir panjang, terkadang ia melakukan hal-hal yang justru membuat dirinya malu. Karena orang yang sedang marah, apalagi sampai berlebihan, sulit rasanya berfikir rasional. Yang penting, apa yang ada dihadapannya, dan puas hatinya meluapkan emosi kemarahan, itulah yang akan dilakukan tanpa berfikir apa dampak sesudahnya.

Marah juga demikian. Kalau tidak cepat distabilkan akan membuat segala sesuatu menjadi runyam. Tidak sedikit, ada orang yang marah tanpa sebab dan alasan, maka orang-orang disekitarnya juga kebagian. Dengan kata lain orang yang makan nangka kita yang kena getahnya. Contoh , dalam keluarga kalau orang tua kita ada masalah, terus kita ada di situ, kita juga bisa menjadi lampiasan kemarahannya. Padahal, sama sekali tidak ada kaitannya.

Marah yang tak terkendali juga akan melahirkan dendam yang berkepanjangan. kalau dirinya belum puas, malah keturunannya juga diwariskan untuk benci pada orang-orang yang menjadi musuh orang tuanya. Jadilah apa yang disebut dendam tujuh turunan. Dari bapak, anak, cucu, cicit semuanya diwariskan untuk membencinya. Wal hasil, kerukunan hidup bermasyarakat juga akan terganggu.

Apalagi kalau marah itu munculnya dalam kalangan rumah tangga. Apalah arti tinggal di rumah gedung, tapi bagai neraka. Siang malam tak henti-hentinya bertengkar. Memang benar, pertengkaran dalam rumah tangga adalah romantika kehidupan. Tapi kalau keseringan itu mala petaka. Dan itu tugas syaitan untuk memisahkan anggota keluarga satu sama lain. Karena kalau sudah yang namanya broken home, pasti bakal menjalar ke hal-hal yang lain. Kalau semua keluarga seperti itu, artinya masyarakatnya juga broken. Kalau masyarakat broken, artinya negara juga broken. Naudzubillah minzalik

http://madhan-syah.blogspot.com/

Apakah Grameen Bank Islami?


Beberapa tahun ini, nama Grameen Bank atau Bank Grameen begitu terkenal. Bank yang didirikan oleh Muhammad Yunus di Bangladesh ini disebut-sebut sebagai bank yang memakai sistem perbankan Islam. Tapi apakah benar demikian?

Kesuksesan utama bank ini adalah bunganya yang rendah sekali dibandingkan dengan institusi sejenis lainnya. Kesuksesannya pun terjadi dalam waktu yang tak begitu lama, dan Muhammad Yunus sendiri dianugerahi penghargaan Nobel.

Yunus kemudian dijadikan sebagai role model (contoh teladan) di sebagian kaum Muslim di beberapa Negara, dan ia diklaim pula sebagai satu-satunya pahlawan sesungguhnya untuk umat Islam. Ini karena ia telah mengubah wajah kemiskinan jutaan rakyat Bangladesh dengan pinjaman lunaknya. Rakyat Bangladesh, dengan pinjaman itu, bisa menjalankan bisnis dan mempunyai rumah, dan sebagainya.

Padahal, yang terjadi di Bank Grameen adalah: bank ini memberlakukan sekitar 2% bunga. Beberapa kalangan mulai menanyakan “ke-Islam-an” bank ini, karena benarkah riba 1% tidak haram? Jika Anda menenggak minuman alkohol yang ada dalam sebuah busa, yang jumlahnya sedikit sekali, apakah hukumnya berbeda dengan menenggak satu botol minuman keras? Lantas, bagaimana, apakah 20% alkohol berbeda dengan 2%?

Jadi memang perlu kembali mempertanyakan apakah Bank Grameen ini Islami ataukah tidak. Mungkin ini hanya sebuah propaganda, fitnah, atau pembenaran akan sistem yang tidak Islami. (sa/slmcwkng)
Dunia Islam Sebelumnya

Mengapa Harus Mengawasi Dakwah?


Di bulan Ramadhan ini, Umat Islam mendapatkan ‘hadiah’ dari polisi, hadiahnya berupa ‘diawasi’. Mengapa kegiatan dakwah harus diawasi? Adakah kegiatan para da’i di masjid-masjid, mushola-mushola, dan majelis taklim sudah menjadi ancaman terhadap negara? Apakah nilia-nilai Islam yang disampaikan oleh para da’i, mubaligh, dan kathib, sudah ada indikasi akan menimbulkan instabilitas dan bahaya yang sifatnya laten bagi negara?
Hal ini bersamaan dengan pernyataan Mabes Polri, 21 Agustus lalu, yang memerintahkan polisi di daerah meningkatkan upaya pencegahan terorisme, antara lain dengan mengawasi ceramah-ceramah keagamaan dan kegiatan dakwah. Jika dalam materi dakwah ditemukan ajakan bersifat provokatif dan melanggar hukum, Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Nanan Soekarna, mengatakan aparat akan mengambil langkah tegas.
Para da’i, mubaligh, dan kathib, selamanya yang disampaikan bersifat nilai-nilai, yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Prinsip nilai-nilai dalam Islam, yang akan menjadi missi kehidupan setiap muslim, tak lain menegakkan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Dan, para pengemban dakwah (da’i, mubaligh, dan khatib), tidak akan keluar dari koridor itu. Mereka akan berusaha menyampaikan nilai-nilai ajaran Islam, agar setiap muslim, selalu komitment malaksanakan kehidupannya dengan menegakkan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Mengajak umat agar selalu bekerjasama dalam kebaikan dan taqwa (taawanu alal birri wattaqwa), dan tidak melakukan kerjasama untuk dosa dan permusuhan (wa laa taawanu alal ismi wal udwan). Esensi dakwah inilah yang akan selalu disampaikan oleh mereka. Karena, prinsip-prinsip inilah yang akan menjaga berlangsungnya kehidupan manusia.
Persoalannya,kebijakan polisi, yang ingin mengawasi dakwah ini, akan memberikan pembenaran, secara keseluruhan,bahwa para da’i, mubaligh, dan kathib terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dianggap membabayakan keamanan negara. Tentu, semuanya memerlukan bukti-bukti dan fakta-fakta,yang sifatnya transparan dan jujur, bukan semata-mata yang sifatnya insuniasi. Karena, masalah dakwah yang dikaitkan dengan aktivitas terorisme itu, dampaknya akan menimbulkan disentregrasi antara umat Islam dengan pemerintah. Karena, fihak aparat pemerintah (polisi) telah menempatkan para da’i, mubaligh, dan khatib secara tidak langsung sebagai ancaman keamanan.
Tentu, yang paling penting, seharusnya pemerintah harus mencari akar lahirnya terorisme. Terorisme bukan hanya tiba-tiba muncul, tanpa ada yang melatarbelakanginya. Mengapa mereka sampai melakukan tindakan yang sifatnya eksesif (berlebihan), dan dianggap melawan kemanusiaan? Dan, sesungguhnya apa yang melatarbelakanginya, sampai mereka bertindak melakukan kegiatan terror?
Kalau disimpulkan, mereka yang melakukan kegiatan terorisme itu, hanyalah merespon atas kekejaman fihak lainnya,yang lebih kejam dan biadab. Seperti yang dilakukan oleh AS terhadap Iraq, Afghanistan, Pakistan, Palestina, Somalia, dan dengan menggunakan kekuatan militernya menghancurkan rakyat di negeri-negeri muslim, tanpa batas. Tapi, tidak ada satupun fihak yang mempersoalkannya, dan menanyakan atas dasar apa, sesungguhnya AS melakukan tindakan itu?
Sangat tidak sebanding dengan apa yang dilakukan para teroris dengan kejahatan yang dilakukan AS terhadap dunia Islam.Maka, seharusnya yang harus dihilangkan, sumber munculnya terorisme itu, dan tak lain harus ada langkah-langkah menghentikan tindakan AS yang sifatnya unilateral (sepihak) melakukan kampanye perang melawan terorisme. Karena, tindakan AS itulah yang akan terus menerus menimbulkan bencana bagi kemanusiaan.
Semuanya kejahatan AS itu, dapat dilihat secara telanjang. Tapi, anehnya semua tindakan yang dilalukan AS itu sebagai tindakan yang syah dan benar. “Kami semua akan menjadi Taliban, kalau AS terus membunuhi rakyat Afghanistan”, ucap seorang penduduk di Helmand.
Klaim yang menghancurkan gedung WTC, pada tanggal 11 September 2001, sampai sekarang tidak dapat dibuktikan, bahwa itu tindakan teroris, yang didalangi Osama bin Laden. Semuanya, hanyalah asumsi dan stigma yang sudah ditempelkan kepada mereka yang dicap sebagai teroris, tapi tidak pernah dibuktikan dengan fakta-fakta,yang nyata dan dapat diuji kebenaran. Tapi, umat Islam sudah menjadi korban kampanye melalui media, sebagai teroris. Maka, hakekatnya yang sekarang dikumandangkan oleh Barat (AS), yang disebut, ‘War on Terorism’ itu, tak lain adalah ‘War on Islam’.
Islam, hakekatnya agama yang memberikan rahmat bagi sekalian alam. Tapi, tentu Islam sebagai prinsip dan nilai-nilai yang disyariatkan oleh Allah Ta’ala, tidak akan pernah membiarkan kemungkaran itu menguasai kehidupan umat.
Mereka yang masih ingin melaksanakan misi kehidupannya dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah akan selalu berusaha menegakkan misi yang dipikulnya, yaitu menegakkan yang ma’ruf dan mencegah segala yang mungkar, karena itu berlawanan dengan nilai-nilai Islam. Wallahu’alam.

Ada Apa Di Antara Kepemimpinan Umar dan Ustman?


Tak ada perdebatan panjang ketika Abu Bakar Siddiq ra menjadi khalifah meneruskan apa yang telah dibangun Rasulullah saw. Walau telah muncul riak-riak dari mereka kaum munafik seperti enggan membayar zakat, tapi Abu Bakar tetap tegas dalam segala urusannya. Di samping itu, Abu Bakar mempunyai seorang Umar bin Khattab yang sanggup menjadi penyelesai kerikil-kerikil dalam dakwah Islam ketika itu.

Ketika Abu Bakar mangkat, tak banyak pula debat kusir siapa harus menggantikannya. Umar bin Khattab menjadi satu-satunya kandidat yang paling memenuhi syarat di antara yang lainnya. Namun ketika mencari pengganti Umar bin Khattab, umat mulai terbelah dengan keraguan yang begitu tinggi: Siapa di antara Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Saad bin Malik, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Thalhah bin Ubaidillah? Ini berdasarkan dari perkataan Rasulullah sebelum wafat, “Hai umatku, Abu Bakar sedikitpun tak pernah mengecewakanku, maka ketahuilah haknya itu. Hai umatku, aku ridho kepada Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Ustman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Saad bin Malik, Abdurrahman bin Auf, serta Muhajirin yang mula pertama, maka ketahuilah hak mereka itu.” Abu Bakar dan Umar wafat, maka hanya tertinggal enam orang tersebut.

Abdurrahman buru-buru mengundurkan diri dengan menyatakan, “Hendaknya aku hanya ingin memilih saja, bukan dipilih.” Ia pun mendatangi rakyat untuk mengumpulkan opini dan kecenderungan rakyat. Di sinilah mulai terkuak sesuatu yang kelak menjadi pengulangan sejarah beradab-abad kemudian bahkan sampai kini. Di antara keenam orang itu, jelas Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib menjadi yang paling diutamakan—ini karena kelebihan-kelebihan mereka tentu saja. Tapi siapa: Ustman ataukah Ali?

Umat akhirnya memilih Ustman.

Seperti kita ketahui, Umar bin Khattab memimpin dengan ketat. Ia tak akan segan menyeret gubernurnya yang hidup mewah, bahkan memecatnya. Cara yang ditempuh oleh Umar adalah mengurangi keinginan untuk bersenang-senang, bahkan dalam hal-hal yag terhitung halal. Ini dilakukannya agar tidak terlena pada kenikmatan duniawi—bayangkan, Umar adalah seorang khalifah, dan ia mungkin tinggal menjentikan jari jika menginginkan sesuatu, tapi itu tidak ia lakukan.

Umar memulai dari dirinya sendiri, keluarganya, serta karib kerabatnya. Jika terdengar seorang pembesar yang hidup mewah, dengan segera dipanggilnya ke Madinah, kemudian diperkarakan. Bila di kemudian hari, pembesar itu masih melakukan hidup seperti itu juga, Umar memecatnya. Tujuan Umar jelas, agar umat menemukan pada pribadi pembesar mereka sebuah teladan yang membantu mereka untuk tidak terpikat oleh gelimang harta dan silau dunia.

Beberapa hari setelah diangkat jadi khalifah, Ustman teringat akan sebuah kejadian. Ketika hari yang panas menyengat, Ustman tengah berada dalam rumahnya, memandang keluar jendela dan dilihatnya seseorang yang menyusuri jalan. Ustman berpikir orang itu adalah seorang musafir, maka ia sudah menyiapkan diri untuk memanggilnya jika sudah dekat rumahnya, agar lelaki itu menepi dan berteduh dahulu, dan Ustman akan diberinya pertolongan dari kesusahan yang dialaminya.

Namun alangkah terkejutnya Ustman ketika mendapati lelaki itu adalah Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Umar sempoyongan menghela seekor unta yang berjalan di belakangnya. Matahari jelas telah menyengat Umar sedemikian rupa. Ustman bergegas menghampiri Amirul Mukminin, “Dari mana engkau Amirul Mukminin?”

“Sebagaimana yang kau lihat,” jawab Umar tersenyum, “Ada seekor unta dari hasil zakat yang lepas dan melarikan diri. Hingga aku segera menyusulnya, kemudian membawanya pulang kembali.”

Ustman mengerutkan keningnya, “Bukankah masih ada orang lain selain engkau yang bisa melakukan pekerjaan itu?”

“Tetapi,” tukas Umar lagi, “siapakah yang bersedia menggantikan aku di pengadilan Illahi, kelak?” Ustman meminta Umar untuk beristirahat sejenak menunggu panas matahari mereda. Tapi Umar bin Khattab menolak. “Kembalilah ke tempatmu, hai Ustman…” ujarnya.

Umar melanjutkan perjalanannya, meninggalkan Ustman, “Sungguh, engkau telah menyusahkan orang yang akan menjadi penggantimu, Amirul Mukminin…” gumam Ustman seraya tertunduk. Ustman sadar sepenuhnya, bahwa orang-orang menyokongnya untuk menjadi khalifah—bukannya Ali bin abi Thalib. Itu disebabkan keinginan umat yang ingin bebas dari aturan dan gaya hidup yang diterapkan dan dijalani Umar bin Khattab selama ini. Jika Ali yang menjadi khalifah, maka akan merupakan kelanjutan sistem yang ditempuh Umar, yaitu tegas dan ketat.

Ustman berpendirian bahwa harta itu diciptakan untuk mempermudah dan memperlancar kehidupan. Selama harta itu halal dan diperbolehkan menikmatinya, ia mempersilakan umat untuk memperoleh kebahagian hidup dan kenikmatan dunia—tidak peduli ia pejabat, pembesar , atau rakyat biasa. Bagi Ustman, tidak ada alasan untuk memcat seorang gubernurnya yang hidup mewah dan mereguk kehidupan duniawi, selama ia tidak melakukan dosa dan berbuat salah. Ustman tidak seperti Umar yang menganggap harta kekayaan akan menimbulkan bahaya layaknya minuman keras.

Sejak kepimpinan Ustman, dimulailah kehidupan umat yang bergelimang harta dan sedikit demi sedikit, dan akhirnya sepenuhnya menjadi terbuka pada berbagai kecenderungan harta duniawi selama beratus tahun, dan mungkin sampai kini—mereka berpegang, bahwa Ustman pun, salah satu yang dikasihi oleh Rasulullah saw membolehkan hidup mewah. Namun umat lupa bahwa Ustman, yang membolehkan kehidupan mewah, tidak menjalani hidup mewah, hanya sedikit berkecukupan. Ustman adalah seseorang yang peka terhadap keadaan dan kebutuhan orang lain, mendahulukan kepentingan orang banyak, lemah lembut, dan cerdas. Inilah yang tidak dicontoh dari umat berikutnya; mereka mengambil yang diperbolehkan Ustman bin Affan namun mengabaikan sifat Ustman yang demikian mulia. Mereka membolehkan diri hidup mewah namun sama sekali tidak peka terhadap kesulitan yang diderita umat. Wallohu alam bishawwab. (sa/khalidmuhkhalid)