Rabu, 23 Juni 2010

Bekerja Ikhlas, Tuhan Menjaga Rezeki.............

Hidup ini mengalir saja seperti sifat air. Apa adanya. Keikhlasan dalam bekerja, berbuat dan menjalankan setiap amanah yang diberikan. Bekerja adalah ibadah.

Bila kita ikhlas dalam melaksanakan pekerjaan, maka Tuhan akan menjaga rezeki kita. Ikhlas akan memberikan kekuatan yang sangat besar.

“Saya sangat yakin bahwa jika kita ikhlas, Tuhan akan menjaga rezeki kita. Semakin kita ikhlas, semakin besar kekuatan yang datang pada kita. Kalau kita meyakini agama kita dan kita laksanakan, Insya Allah, hidup kita akan dijaga-Nya,” tutur Budi.
Hanya saja, keikhlasan itu bisa dicapai bila kita tidak mempunyai pamrih. Sekali melaksanakan tugas dengan motivasi pamrih maka itu artinya tidak ikhlas menerima amanah yang diberikan. Sebab, mengedepankan pamrih sama artinya menghitung untung-rugi.

Dari dulu sampai sekarang, di mana pun dan kapanpun dia bertugas dan ditugaskan oleh negara, dia selalu memegang teguh sebuah filosofi hidup: “Bila kita bekerja dengan ikhlas, percaya kepada-Nya, Tuhan akan menjaga rezeki kita”.

Filosofi hidup itu yang dia pegang sampai sekarang. Baginya, bekerja merupakan ibadah. Karena itu dia selalu menunaikan pekerjaan dengan penuh ikhlas. Soal rezeki, Tuhan pasti akan mengaturnya. Keikhlasan dalam bekerja pada akhirnya akan berbuah kebaikan. Buktinya?

“Dari mulai berpangkat Letnan Dua sampai Letnan Jenderal, saya tidak pernah lobi sana atau lobi sini untuk memperoleh jabatan, apalagi meminta-minta posisi. Saya juga tidak pernah, misalnya, mendekati Asisten Personil TNI untuk mendapatkan promosi pangkat,” ucapnya.

Dia sangat yakin bahwa jika kita ikhlas menjalankan tugas, Tuhan pasti membimbing kita. Selama bertugas di militer, dia merasakan begitu banyak karunia yang diberikan oleh-Nya. Tangan Tuhan benar-benar mengatur dan menentukan nasibnya.

Sewaktu menjabat Paban Sospol Mabes ABRI, sekadar contoh, dia mengaku sangat ikhlas dan enjoy menjalankan tugas meski dia harus bekerja sampai larut malam, membuat konsep pidato, amanat atau makalah seminar untuk Panglima ABRI. Bahkan, tuntutan tugas itu kadang kala mengharuskannya untuk jarang pulang ke rumah dan bertemu keluarga. Dia mesti begadang sampai larut malam atau bahkan hingga dini hari guna menyiapkan bahan-bahan tersebut.

Seusai mengerjakan tugas, dia pulang sendiri ke rumah pada tengah malam atau dini hari. Tidak bertemu orang lain. Hanya ditemani sopir. Dia tidak merasa harus menonjolkan prestasi kerjanya kepada atasan, misalnya, agar mendapatkan pujian sebab dia memang ikhlas menjalani rutinitas tugas tersebut.
“Motivasi kerja saya tetap terjaga karena saya memang ikhlas menjalankan tugas-tugas yang diemban, meski tidak ada yang melihat. Sifat saya tidak pernah berubah, dari dulu tidak suka menonjolkan hasil kerja,” cetusnya.

Kembali pada prinsip hidupnya, dia meyakini Tuhan mengetahui kadar keihlasannya bekerja, walaupun orang lain tidak tahu. Tuhan jua yang menjaga rezeki apa yang pantas untuk dirinya.

“Alhamdulillah, saya mampu meraih pangkat maksimal Bintang Tiga di militer. Semua saya serahkan secara total kepada Tuhan. Soal rezeki, Tuhan yang menjaganya. Dan itu terbukti,” tegasnya lagi.

Satu hal yang ada di benaknya setiap waktu mengerjakan tugas yang diamanatkan kepadanya: Dia hanya ingin menyelesaikan pekerjaan dengan ikhlas dan sebaik-baiknya. Filosofi hidup itu dia pegang dan yakini terus sejak puluhan tahun lalu sampai sekarang meski tidak aktif lagi di dunia militer.

Dia sangat menyadari, komunikasi memang perlu misalnya agar bisa dikenal dan diperhatikan orang serta unjuk kemampuan diri. Disadari olehnya, mungkin apa yang dia lakoni selama ini kurang bagus dari aspek komunikasi sebab dia dianggap tidak mampu menjual dan memamerkan prestasi dan kualifikasi dirinya kepada atasan. Tidak bisa memanfaatkan ide. Tidak bisa memposisikan diri populer di mata atasan.

Tak pernah terbersit sedikitpun di pikiran Budi untuk meminta-minta jabatan. Alasannya sederhana saja. Baginya, jabatan adalah sebuah amanah. Sedangkan amanah itu sendiri merupakan sebuah karunia Tuhan yang sudah ditakar oleh-Nya.

Dia meyakini secara spiritual, setiap jabatan yang diamanahkan atau tugas yang dipercayakan kepada dirinya sudah pasti telah Tuhan takarkan dan sesuaikan dengan kemampuan yang dia miliki.

“Seandainya kita meminta-minta jabatan, lantas kemudian diberi jabatan tertentu, bagaimana kalau ternyata kita tidak sanggup menjalankannya?” tanya Budi dengan nada retoris.
Dia meyakini sekali, setiap tugas yang diamanatkan kepadanya memang yang terbaik untuk dirinya. Karena itu, apapun tugas yang diamanatkan kepadanya dan di manapun dia ditempatkan, dia berusaha semaksimal mungkin mengerjakannya dengan sebaik-baiknya dan penuh keikhlasan.

Dan, Alhamdulillah, Budi Harsono ternyata mampu menunaikan setiap tugas yang diamanatkan kepada dirinya karena Tuhan memang sudah mengukur batas kemampuan (kelebihan dan kekurangan) yang dia miliki