Sabtu, 30 Januari 2010

Hakikat Sabar................

Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa suatu hari Nabi SAW menemukan seorang wanita yang sedang menangis di hadapan sebuah kuburan. Beliau bersabda kepadanya, ''Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah.'' Wanita tersebut menjawab, ''Pergilah! Jangan ikut campur dalam urusanku, engkau tidak tertimpa seperti apa yang menimpaku.''

Setelah wanita tersebut sadar dan menyesal, ia pergi ke rumah Nabi SAW. Ia menyampaikan penyesalannya dengan berkata, ''Aku tidak mengenalmu.'' Beliau bersabda, ''Hakikat sabar itu akan terlihat pada saat-saat pertama terjadinya malapetaka.''

Dalam kamus-kamus bahasa, kata sabar diartikan sebagai menahan, baik dalam pengertian fisik material, seperti menahan seseorang dalam tahanan, maupun nonfisik (immaterial), seperti menahan diri atau jiwa dalam menghadapi sesuatu yang diinginkannya. Dari akar kata shabara diperoleh sekian bentuk kata dengan arti yang beraneka ragam, antara lain berarti menjamin, pemuka masyarakat yang melindungi kaumnya, gunung yang tegar dan kokoh, awan yang berada di atas yang lain dan melindungi yang di bawahnya, batu-batu yang kokoh, tanah yang gersang, sesuatu yang pahit atau menjadi pahit, dan sebagainya.

Dari arti-arti yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa sabar menuntut ketabahan dalam menghadapi sesuatu yang sulit, berat, pahit, yang harus dihadapi dengan penuh tanggung jawab. Dari sini tidak heran jika bulan Ramadhan dikatakan sebagai bulan sabar, sebab di dalamnya terdapat kewajiban ibadah puasa yang esensi pokoknya adalah pengendalian diri hingga berakhir dengan kemenangan.

Seorang yang menghadapi rintangan yang berat, terkadang hati kecilnya membisikkan agar ia behenti (putus asa), meski yang diharapkannya belum tercapai. Dorongan hati kecil itu selanjutnya menjadi keinginan jiwa. Jika keinginan itu ditahan, ditekan, dan tidak diikuti, maka tindakan ini merupakan pengejawantahan dari hakikat sabar yang mendorongnya agar tetap melanjutkan usahanya walaupun harus menghadapi berbagai rintangan yang berat.

Pengertian sabar yang demikian tersirat dalam sabda Rasulullah SAW. Suatu hari kaum muslimin bertemu dengan musuh dalam suatu peperangan, maka Rasulullah SAW bersabda, ''Wahai manusia, janganlah kalian berharap bertemu musuh, mohonlah kepada Allah keselamatan, namun jika kalian bertemu musuh maka bersabarlah, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya surga itu di bawah tajamnya pedang.'' (HR. Bukhari-Muslim).

Dengan demikian, sabar tidak identik dengan sikap lemah atau menerima apa adanya, namun sabar merupakan perjuangan yang menggambarkan kekuatan jiwa pelakunya sehingga mampu mengalahkan dan mengendalikan keinginan nafsunya. Bahkan sabar di saat ini menjadi kekuatan moral dalam menghadapi berbagai kejahatan, kezaliman, serta teror yang dilakukan oleh mereka yang tidak ingin kejahatan dan kezalimannya terbongkar. Allah SWT berfirman: ''Wahai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.'' (QS al-Baqarah: 153).

Jumat, 29 Januari 2010

Bukan Tidak Menyayangimu ............

Maafkan, ini yang terakhir semoga semua akan lebih baik suatu saat nanti," Kututup telepon dengan perasaan bersalah yang dalam. Karena pada hari ini aku telah membuat suatu dosa dengan menutup jalur komunikasi dengan seorang sahabat. Bukan karena aku tidak menyayanginya tapi karena menjalani kehidupan sesuai dengan jalan yang dipilih masing-masing adalah yang terbaik.

Dia sahabatku, sampai kapanpun aku tidak lupa akan itu, seorang sahabat yang mengingatkanku akan harta paling berharga yang kubawa yaitu Islamku. Seorang sahabat yang kerap menamparku dengan kata-kata sinis bahkan pedas ketika aku melakukan kesalahan. Teman yang mengatakan "Munafik!" saat aku tidak konsisten terhadap kata-kataku bahkan "materialistis!" pun pernah terlontar dari dirinya.

Diskusi yang keras sering kali terjadi, tapi pada akhirnya akan berakhir dengan sebuah kata-kata bahwa sahabat adalah orang yang menampar kita ketika kita bersalah bukan karena benci tapi karena rasa saling menyayangi sebagai saudara.

Dalam perjalanan persahabatan sebuah kesadaran akan identitas diri akan menyeruak, bertarung dengan ego, dan identitas diri. Dan sebuah kegagalan telah tercatat, hamba yang lemah ini tidak sanggup menjaga niat. Persahabatan itu berubah dan perubahan itu tidak sanggup untuk dimaklumi. Proses yang berlangsung sebagai sarana belajar telah menjadi sebuah kekaguman yang menyebabkan diri memaksa menjadi serupa dengan orang yang dikagumi. Keyakinan akan diri sendiri goyah karena perasaan manusiawi. Dan sebuah perjalanan sampai pada keputusan, pergi atau menyesali diri.

Kesadaran bahwa dalam sebuah proses pencarian jati diri seharusnya dilakukan karena Allah membuat diri yang lemah ini malu, betapa perasaan insani telah menyeruak mengalahkan hati nurani.

Kesadaran yang muncul saat perasaan tertekan itu hadir adalah suatu kemustahilan berusaha menjadi seseorang yang lain. Rasa malu yang dalam menyadari ketidak ikhlasan diri menyeruak dalam hati. Perasaan malu sebagai seorang hamba membuat sebuah keputusan harus diambil, semuanya harus berakhir. Maka sebuah permintaan maaf pun mungkin takkan pernah bisa menghapus dosa.

Sungguh sahabat, tidak menyayangimu bukanlah alasan keputusan ini. Tapi kesadaran penuh bahwa seorang manusia harus menjadi dirinya dalam sebuah perjalanan membangun pondasi kehidupan membuat diri ini malu karena tidak sanggup untuk menetapkan tekad. Tapi kesadaran bahwa kebersamaan adalah suatu jalan untuk mengaburkan makna perjalanan mencari-Nya.

Percayalah sahabat, di manapun dirimu berada kau adalah sahabatku, karena sahabat ada dalam perjalanan waktu dan mendoakanmu meski dari jauh.

Antara Mata dan Hati

Mata adalah penuntun, dan hati adalah pendorong dan penuntut. Mata memiliki kenikmatan pandangan dan hati memiliki kenikmatan pencapaian. Keduanya merupakan sekutu yang mesra dalam setiap tindakan dan amal perbuatan manusia, dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain.

Ketika seseorang memiliki niat untuk melakukan sesuatu yang muncul dari dalam hati, maka dia memerlukan mata sebagai penuntunnya. Untuk melihat, mengamati, dan kemudian otak ikut bekerja untuk mengambil keputusan.

Bila seseorang memiliki niat untuk melakukan amal yang baik, maka mata menuntunnya kearah yang baik pula. Dan bila seseorang berniat melakukan suatu perbuatan yang tidak baik, maka mata akan menuntunnya kearah yang tidak baik pula.

Sebaliknya bisa pula terjadi, ketika mata melihat sesuatu yang menarik, lalu melahirkan niatan untuk memperoleh kenikmatan dari hal yang dilihatnya, maka hati akan mendorong mata untuk menjelajah lebih jauh lagi, agar dia memperoleh kepuasan dalam memandangnya. Sehingga Allah SWT memberikan kepada kita semua rambu-rambu yang sangat antisipatif, yaitu perintah untuk menundukkan pandangan: "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".

"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya." (QS. An Nuur: 30-31)

Demikianlah hal yang terjadi, sehingga ketika manusia terpuruk dalam kesesatan, maka terjadilah dialog antara mata dan hati, seperti yang dituturkan oleh seorang ulama besar Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah dalam bukunya "Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu".

Hati berkata kepada Mata

Kaulah yang telah menyeretku kepada kebinasaan dan mengakibatkan penyesalan karena aku mengikutimu beberapa saat saja. Kau lemparkan kerlingan matamu ke taman itu, kau mencari kesembuhan dari kebun yang tidak sehat, kau salahi firman Allah, "Hendaklah mereka menahan pandangannya", kau salahi sabda Rasulullah Saw, "Memandang wanita adalah panah beracun dari berbagai macam panah Iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah Azza wa Jalla, maka Allah akan memberi balasan iman kepadanya, yang akan didapati kelezatannya di dalam hatinya". (H.R. Ahmad)

Sanggahan Mata terhadap Hati

Kau zhalimi aku sejak awal hingga akhir. Kau kukuhkan dosaku lahir dan batin. Padahal aku hanyalah utusanmu yang selalu taat dan penuntun yang menunjukkan jalan kepadamu. Engkau adalah raja yang ditaati. Sedangkan kami hanyalah rakyat dan pengikut. Untuk memenuhi kebutuhanmu, kau naikkan aku ke atas kuda yang binal, disertai ancaman dan peringatan. Jika kau suruh aku untuk menutup pintuku dan menjulurkan hijabku, dengan senang hati akan kuturuti perintah itu. Jika engkau memaksakan diri untuk menggembala di kebun yang dipagari dan engkau mengirimku untuk berburu di tempat yang dipasangi jebakan, tentu engkau akan menjadi tawanan yang sebelumnya engkau adalah seorang pemimpin, engkau menjadi buidak yang sebelumnya engkau adalah tuan. Yang demikian itu karena pemimpin manusia dan hakim yang paling adil, Rasulullah Saw, telah membuat keputusan bagiku atas dirimu, dengan bersabda: "Sesungguhnya di dalam tubuh itu ada segumpal darah. Jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik pula, dan jika ia rusak, rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal darah itu adalah hati." (H.R. Bukhori Muslim dan lainnya).

Abu Hurairah Ra. Berkata, "Hati adalah raja dan seluruh anggota tubuh adalah pasukannya. Jika rajanya baik, maka baik pula pasukannya. Jika raja buruk, buruk pula pasukannya". Jika engkau dianugerahi pandangan, tentu engkau tahu bahwa rusaknya para pengikutmu adalah karena kerusakan dirimu, dan kebaikan mereka adalah karena kebaikanmu. Jika engkau rusak, rusak pula para pengikutmu. Lalu engkau lemparkan kesalahanmu kepada mata yang tak berdaya. Sumber bencana yang menimpamu adalah karena engkau tidak memiliki cinta kepada Allah, tidak menyukai dzikir kepada-Nya, tidak menyukai firman, ‘asma dan sifat-sifat-Nya. Engkau beralih kepada yang lain dan berpaling dari-Nya. Engkau berganti mencintai selain-Nya.

Demikianlah, mata dan hati, sepasang sekutu yang sangat serasi. Bila mata digunakan dengan baik, dan hati dikendalikan dengan keimanan kepada Allah SWT, maka kerusakan dan kemungkaran dimuka bumi ini tak akan terjadi. Namun bila yang terjadi adalah sebaliknya, maka kerusakan dan bala bencanalah yang senantiasa menyapa kita.

Robb, bimbinglah kami, agar kami mampu mengendalikan hati kami dengan keimanan kepada-Mu, mengutamakan cinta kepada-Mu, dan tidak pernah berpaling dari-Mu.

Allaahumma ‘aafinii fii badanii, Allaahumma ‘aafiniifii sam’ii, Allaahumma ‘aafinii fii bashorii. Aamiin.

Ya Allah, sehatkanlah badanku, sehatkanlah pendengaranku, sehatkanlah penglihatanku.

Belajar untuk Belajar

Hakikatnya hidup ini merupakan rangkaian proses belajar dan menempa diri agar menjadi lebih baik senantiasa. Sungguh, begitu banyak hal dapat disarikan dari perjalanan detik demi detik kehidupan kita. Hal-hal yang kita rasakan, kita lihat, kita dengar, kita keluarkan melalui lisan, semuanya bisa menjadi sesuatu yang sarat makna dan dapat memperkaya khazanah pengalaman kita untuk selanjutnya dijadikan modal bagi proses perbaikan diri, jika kita mau tentunya.

Little things mean a lot, ya, banyak hal kecil yang sesungguhnya memiliki makna yang begitu besar, jika saja kita mau sedikit lebih memperhatikan, sedikit melihat lebih ke dalam, dan sedikit saja berpikir. Ketika kita hanya memandang sesuatu dengan cara biasa, semuanya akan tampak biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa, seakan memang demikianlah seharusnya.

Ketika peristiwa-peristiwa yang kita temui atau kita jalani hanya lewat begitu saja, maka ia hanya akan menjadi masa lalu hampa nilai yang tidak dapat memberikan pengaruh apa-apa. Padahal jika kita mau sedikit saja menggali lebih dalam, mungkin tidak sedikit bekas-bekas berharga yang tertinggal di sana. Sebagaimana halnya mutiara, sebelum ada yang mengeluarkannya dari cangkang sang kerang, tidak ada yang dapat merasakan pancaran keindahannya.

Menjadi pembelajar sejati, hal yang cukup sulit dilakukan saya rasa. Bagi saya, seorang pembelajar sejati akan selalu mencoba mencari celah pembelajaran dari setiap kejadian yang dialaminya maupun kejadian yang dialami oleh orang lain. Sungguh saya ingin menjadi orang seperti itu: yang senantiasa dapat memaknai hidup dari sudut pandang positif, yang mampu melihat nilai-nilai yang belum tersingkap, serta mampu memunculkan keberhargaan walaupun begitu tersembunyi adanya. Siapa yang tahu di dalam cangkang kerang yang gelap tersimpan mutiara yang begitu indah jika tidak ada yang mencoba menyelam ke dasar lautan dan mendapatkannya. Ya, mutiara itu akan tetap ada, terlepas dari apakah ada yang berusaha membuka cangkang kerang tempatnya bersemayam atau tidak.

Belajar, belajar, dan belajar, menunjukkan bahwa manusia benar-benar makhluk yang memiliki banyak kelemahan dalam dirinya. Dan proses ini belum akan berhenti sampai ajal menjelang, dan maut datang menjemput. Saat itulah saya baru dapat menunjukkan dan mengatakan "Inilah saya, saya seutuhnya, saya yang sesungguhnya".

Rabu, 27 Januari 2010

Cintailah Cinta


Memang menyakitkan ketika ketika kita mencintai seseorang, namun ia tak membalasnya, tetapi jauh lebih menyakitkan ketika kita mencintai seseorang dan kita tak dapat menemukan keberanian untuk mengungkapkan perasaan kita kepadanya………………

Sebuah hal yang menyakitkan dalam hidup ketika kita bertemu dengan seseorang yang sangat berarti bagi kita dan hanya untuk mengetahui pada akhirnya seorang tersebut tidak ditakdirkan untuk bersama kita sehingga dengan berat hati harus membiarkanya pergi dan berlalu………

Kata teman saya, ..teman terbaik adalah teman yang ketika kita bersama di sebuah ayunan tanpa ada ucapan kata sedikitpun dan ketika kita berpisah dengannya akan kita merasakan seolah hal tersebut merupakan percakapan terindah yang pernah dilakukan bersama………..

Adalah bener... kita takan pernah tahu apa yang telah kita dapatkan hingga kita kehilangan, tetapi adalah benar juga ketika kita tidak mengetahui apa yang telah hilang hingga hal tersebut menghampiri kita…..

Impikan saja apa yang ingin kita impikan, pergi saja kemanapun kita akan pergi, jadilah sosok yang kita inginkan karena kita hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk dapat melakukan semua hal yang kita inginkan.

Letakan diri kita layaknya orang lain, jika kita merasa hal yang kita lakukan menyakiti orang lain, hal tersebut mungkin akan dapat menyakiti kita pula…………..

Kata-kata yang terucap tanpa perhitungan akan menyulut perselisihan, perkataan yang kejam dapat menghacurkan kehidupan, sebuah kata yang tak tepat mungkin saja dapat menambah beban batin seseorang, dan sebuah kata yang penuh cinta kasih mungkin dapat menyembuhkan bahkan menimbulkan berkah……………

Orang yang paling berbahagia adalah orang yang tidak merasa selalu membutuhkan semua hal terbaik, mereka hanya berfikir bagaimana membuat hal terbaik dan kemudian berlalu dalam hidupnya…..

Mungkin benar bahwa cinta dimulai dengan sebuah senyum, kemudian tumbuh dengan sebuah kecupan dan selanjutnya berakhir dengan air mata.

Ketika kita memulai hidup, kita menangis begitu keras sementara orang disekeliling kita tersenyum bahagia dan ketika kita mengakhiri hidup kita menjadi pihak yang tersenyum bahagia semetara orang disekeliling kita menangis terseduh………………

Makassar..... 27-1-2010

alf

Selasa, 26 Januari 2010

Tindakan Kita Sebatas Memandang Dunia..............

Teman...Bila kita memandang diri kita kecil maka dunia akan Nampak sempit, selanjutnya tindakan kita pun menjadi kerdil. Namun apabila kita melihat dunia ini besar, dunia akan terlihat luas dan tindakan kitapun menjadi hal penting dan berharga.

Teman.....Tindakan adalah Cermin bagaimana kita melihat dunia sementara dunia kita tak lebih luas dari pikiran kita dan tentang diri kita sendiri. Itulah mungkin mengapa kita selalu diajarkan untuk berfikir positif pada diri sendiri agar kita bisa melihat dunia lebih indah dan bertindak selaras sesuai dengan kebajikan-kebajikan yang ada dalam pikiran kita, semetara dunia sendiri tak membutuhkan penilaian dari kita karena dunia sendiripun hanya memantulkan apa yang ingin kita lihat dan mengemakan apa yang ingin kita dengar.

Dan tentunya Teman.... bila kita takut menghadapi dunia sesunguhnya kita takut menghadapi diri sendiri.
Maka bukanlah soal kita takut menghadapi diri sendiri ,tapi jauh dari itu dimana kita perlu jujur melihat diri sendiri apa adanya sehingga dunia dapat menampakan realita sesunguhnya yang selama ini tersembunyi dibalik penilaian-penilaian kita…………

Makassar… 27-01-10

Minggu, 24 Januari 2010

WAKTU YANG BERPUTAR................

Ada seorang pelajar di sebuah desa kecil yang memiliki cita-cita menjadi pegawai pemerintah di kantor pusat. Demi mewujudkan cita-citanya, ia berangkat ke ibukota untuk mengikuti ujian nasional.
Dalam perjalanan, Ia beristirahat melepas lelah. Sambil membayangkan ujian yang akan menghadang, Ia dilanda was-was terhadap kemampuan dirinya. Bagaimana bila Ia gagal ujian? Namun Ia juga membayangkan enaknya bila lulus ujian.
Tak terasa, ada seorang kakek yang berjalan mendekatinya dan berkata: “Hai anak muda, engkau bukan penduduk sini ya? Hendak kemana gerangan?”
“ Saya hendak mengikuti ujian nasional untuk menjadi pegawai pemerintah di kantor pusat kek.”
“Humm…begitu rupanya, lalu mengapa engkau melamun?”
“ Saya ingin sekali lulus ujian kek, tapi bagaimana bila ternyata saya gagal?”
Kakek dan anak muda terlibat dalam perbincangan yang seru, lalu si kakek mengeluarkan sebuah gasing dari sakunya dan diberikannya kepada anak muda tersebut. Ia berkata, “Mungkin ini yang kau butuhkan nak.”
“ Hah, gasing, untuk apa kek? Bagaimana sebuah gasing dapat mewujudkan cita-cita saya?”
“Nak, ini adalah gasing waktu. Jika kamu memutar gasing ke kanan, kamu akan sampai ke masa depan dan keadaan yang kamu inginkan, jika kamu memutar gasing ke kiri, kamu akan kembali ke masa lalu. Baiklah, kakek pergi dulu. Kamu jaga diri baik-baik ya?”
Anak muda itu tak percaya, tapi karena penasaran, maka Ia putar gasing itu ke kanan. Tiba-tiba Ia mendapati dirinya berada di depan papan pengumuman kelulusan ujian dan namanya tercantum disana. Ia sangat gembira.
Namun kegembiraannya tidak berlangsung lama, muncul perasaan tidak sabar untuk segera bekerja di pemerintahan, maka Ia pun memutar gasingnya ke kanan. Dalam sekejap, Ia telah berada pada pekerjaannya di kantor pemerintahan. Lagi-lagi kenikmatan bekerja di kantor pemerintahan tidak bertahan lama. Timbul keinginan lebih, Ia ingin menjadi naik posisi menjadi pejabat tinggi, maka Ia pun memutar kembali gasingya. Seketika, Ia berada pada posisi yang diinginkannya. Karena keenakan, Ia memutar gasingnya berulang kali untuk selalu memenuhi keinginannya Tanpa terasa, Ia telah berubah menjadi tua dan menjelang ajal. Saat itu, Ia merasakan penyesalan yang teramat dalam, Ia merasa hidupnya begitu singkat dan hambar.
Sambil menangis, Ia berharap agar dapat kembali ke masa lalu. Dalam keadaan putus asa, Ia memutar gasing ke arah berlawanan yaitu ke kiri. Tiba-tiba Ia pun terbangun. Ternyata peristiwa tersebut hanya terjadi di dalam mimpi. Namun Ia merasa senang dan bersyukur telah mendapat pengalaman hidup berharga walau hanya dalam mimpi. Ia berjanji pada diri sendiri bahwa Ia akan selalu berusaha dengan giat dan menikmati setiap proses kehidupan dengan penuh syukur.
Intisari:
Di dalam hidup ini, tidak ada jalan pintas untuk meraih kesuksesan sejati. Kalaupun ada, pasti ada harga lain yang harus di bayar dan akhirnya belum tentu membahagiakan. Kita sebagai manusia harus selalu sabar dalam meraih cita-cita. Bila pikiran kita fokus untuk mencapai kesuksesan dalam waktu singkat, biasanya langkah yang ditempuh kearah negatif, sebaliknya bila pikiran kita fokus untuk mencapai kesuksesan sejati, biasanya langkah yang di tempuh ke arah positif.



PANGERAN KEMBAR DAN KARUNG EMAS


Tersebutlah seorang raja yang memiliki putra kembar yaitu dua orang anak lelaki yang telah beranjak dewasa. Namanya pangeran ADI dan pangeran ARI. Yang membedakan keduanya hanyalah tanda lahirnya. Pangeran Ari memiliki tahi lalat besar di pipi kiri, Sedangkan pangeran Adi tidak.
Suatu hari raja memanggil kedua anaknya dan berkata, “ Ayah sudah tua, sudah saatnya ada pewaris tahta yaitu salah satu diantara kalian. Negeri ini harus dipimpin oleh raja yang arif dan bijaksana. Kalian sudah dewasa, silahkan mencari pengalaman hidup dengan turun ke desa dan membaur dengan rakyat. Ini ada 2 buah karung berisi koin emas yang bisa kalian pergunakan untuk hidup. Enam bulan lagi kembalilah ke istana. Pada saat itu kuharap sudah ada hasil siapa yang akan mewarisi tahta."
Pangeran Adi menerima karung yang lebih kecil daripada karung yang diterima oleh pangeran Ari. Namun sebenarnya nilai kedua karung itu sama, raja hanya ingin mengetes kedua putranya. Tanpa mereka sadari, raja mengutus mata-mata untuk mengawasi putra kembarnya.
Setelah menerima karung koin tersebut, si kembar berpisah jalan. Sambil menggerutu dan marah, pangeran Adi berkata kepada tiap orang yang dijumpainya di jalan, “Dasar curang, aku dan Ari ini kan pangeran kembar. Kenapa aku mendapat karung lebih kecil?"
Tanpa disangka-sangka, pangeran Adi bertemu dengan pangeran Ari di jalan. Ia menumpahkan kekesalannya. Lalu pangeran Ari berkata, “Saudaraku, aku tidak keberatan bertukar karung denganmu. Aku bawa karung koin yang kecil saja. Kau boleh membawa milikku. Kau jangan kesal terhadap ayah, aku yakin bahwa ayah sangat sayang kepada kita berdua. Ia tidak pilih kasih.” Dengan tampang riang pangeran Adi setuju bertukar karung dengan pangeran Ari. Lalu mereka pun berpisah jalan lagi.
Pangeran Adi menghabiskan hari-harinya dengan berfoya-foya dan malasan. Sebaliknya, pangeran Ari turun ke desa dan membantu rakyat yang kelaparan, kesulitan dll. Tak terasa, 6 bln berlalu. Raja kembali bertemu putra kembarnya dan ia memberitahu bahwa Pewaris tahta adalah pangeran Ari. Spontan, pangeran Adi pun protes, “Dari awal ananda sudah tahu bahwa ayahanda telah pilih kasih. Ananda mendapat karung lebih kecil daripada milik pangeran Ari. Padahal kami kan kembar?”
Sang Raja tersenyum arif dan berkata, “Putraku, sebenarnya aku ingin mengetes kalian. Karung itu memiliki nilai yang sama walaupun karung milik pangeran Adi lebih kecil daripada milik pangeran Ari. Selain itu, tanpa setahu kalian, aku telah mengutus mata-mata untuk mengawasi kalian. Pangeran Ari memang layak menjadi pewarisku. Adi, kau harus belajar untuk tidak berburuk sangka. Kau harus belajar untuk bersyukur terhadap apa yang kau miliki. Kau harus memperbaiki diri.”
Mendengar itu, pangeran Adi tersadar bahwa ucapan ayahnya sangatlah benar. Selama ini Ia terperangkap dalam lingkaran sempit. Maka Ia berkata, “maafkan ananda wahai ayah. Ananda memang salah. Ananda akan memperbaiki diri dan membantu pangeran Ari memimpin negeri kita tercinta agar tetap harum dan rakyat sejahtera."
Intisari : Bersyukurlah terhadap apa yang kita miliki, karena setiap orang sudah punya jalan rejeki masing-masing. Selalu ada hikmah dibalik setiap kejadian.

BERANI, LAWAN ODET CODET?

Seorang supir bis Patas AC jurusan Blok M - Kota diam-diam trauma dengan halte Benhil. Pasalnya, setiap hari dari halte itu naik seorang pemuda sangar: badannya gede, hitam, penuh tato. Tapi bukan penampilannya yang traumatis, melainkan kebiasaan ajaib pemuda itu saat masuk bis. Ia langsung berdiri di tengah, dan bicara keras-keras, “Saya Odet Codet..! Odet Codet tidak bayaarrr…”
Sudah tidak bayar, pakai pengumuman, lagi. Supir kita dongkol campur malu, wibawanya dilecehkan di depan seluruh penumpang. Tapi melihat tongkrongan Odet Codet, ia tidak berani berkutik. Padahal, setiap hari kejadian itu berulang. Bis berhenti di halte Benhil, Odet Codet naik, lalu pengumuman, “Saya Odet Codet! Odet Codet tidak bayaarrr…”
Lama-lama supir tidak tahan. Ia menghadap boss, minta cuti sebulan untuk belajar ilmu bela diri, kebatinan dan kanuragan di Banten. Berguru pada salah seorang jawara paling kondang di sana, ia digembleng habis-habisan. Syarat puasa mutih dan tidur di kuburan dijabani. Tak heran dalam waktu sebulan si supir sudah sakti mandraguna bahkan kebal bacok.
Ia pulang ke Jakarta dan kembali menyusuri trayek Blok M - Kota. Kali ini dengan rasa percaya diri, bahkan penasaran menunggu Odet Codet naik ke bisnya.
Akhirnya yang ditunggu tiba. Bis berhenti di Benhil, dan naiklah Odet Codet. Seperti biasa, “Saya Odet Codet! Odet Codet tidak bayaarrr…”
Kali ini supir tidak tinggal diam, “Apa-apaan kau tidak bayar, kau kira ini bis moyangmu? Ayo bayar!” Supir menggertak sambil menggulung lengan baju. Seluruh penumpang kaget.
Odet Codet juga kaget. Ia terdiam. Penumpang lain lebih diam, bernafas pun tak berani. Sesaat suasana hening. Sampai akhirnya Odet Codet menjawab,
“Saya Odet Codet, Odet Codet tidak bayar, Odet Codet punya voucher...”
xxx
Ilustrasi di atas memang fiktif belaka (mana ada voucher buat naik bis Patas AC?), tapi coba bayangkan kira-kira apa yang terlintas di benak supir. Malu, karena selama ini sudah salah sangka? Kesal, karena sudah capek-capek pergi sebulan ke Banten tanpa hasil?
Apapun ketidakenakan yang ia rasakan, sebenarnya tidak perlu terjadi andaikan sejak awal ia bereaksi secara tepat.
Saat kontak pertama dengan Odet Codet, supir bersikap submisif. Waktu Odet Codet (dikiranya) melanggar aturan dengan naik bis tanpa bayar, ia hanya diam, pasif, mengalah, tidak berani mengutarakan pendapat. Hati memang dongkol, tapi apa daya nyali kurang merongkol. Jelas ia keberatan dengan sikap Odet Codet, namun ia tidak berani mengemukakan.
Repotnya, setelah sebulan belajar di Banten, sikapnya kemudian berubah drastis menjadi agresif. Berlawanan dengan submisif, sikap agresif adalah sikap yang terbuka, terus terang, yang disampaikan dengan cara yang cenderung negatif seperti menghardik, membentak, atau menantang dengan tujuan ‘menyerang’ orang lain. Akhirnya, hanya gara-gara salah paham soal voucher, wibawa jatuh berantakan.
Lalu bagusnya bagaimana, dong?
Bila submisif dan agresif diibaratkan sebagai 2 kutub yang saling berlawanan, ada satu sikap yang berada di antaranya, yaitu asertif. Sikap asertif adalah sikap yang terbuka mengutarakan pendapat, namun disampaikan dengan cara yang sopan dan tetap menjaga perasaan orang lain. Segala kerepotan dan kekonyolan di atas tidak perlu terjadi bila sejak awal si sopir langsung bertanya pada Odet Codet, “Maaf Mas, untuk naik bis ini harus bayar, kecuali mungkin Mas punya voucher, barangkali...?”
Di Indonesia, asertivitas memang belum terlalu membudaya. Sebagian karena konsepnya masih dicampuradukkan dengan agresivitas. Mungkin Anda pernah dengar seseorang mengucapkan kata-kata kurang lebih sebagai berikut, “Habis makin lama tingkahnya makin nyebelin, jadi gue omongin aja terus terang. Biar kapok dia.” Artinya, keterusterangan dijadikan alat untuk ‘menyerang’, bahkan ‘balas dendam’ kepada orang lain!
Sebagian lagi rikuh bersikap asertif karena memang lebih terbiasa bersikap submisif, yang umumnya dianggap lebih ‘manis’ dan ‘sopan’. “Tadinya aku mau ngomong terus terang, tapi… nggak enak ah, nanti disangka kurang ajar…” Jadi, keterusterangan disamakan dengan pelanggaran sopan santun, sehingga kalau ingin dibilang sopan, janganlah kita berterus terang.
Selintas, mungkin sikap submisif memang nampak lebih ‘manis’ dan tidak merugikan siapapun kecuali si pelakunya sendiri yang lama-lama makan hati. Namun dalam konteks organisasi besar seperti DSP, ‘manis’-nya sikap submisif bisa berakibat fatal. Misalnya, kita mengetahui ada rekan kita yang akan melakukan kesalahan dan kita sungkan untuk menegur, lantas tiba-tiba saja kesalahan itu berdampak besar yang akhirnya merugikan banyak orang termasuk diri kita sendiri. Atau, seperti dalam ilustrasi di atas: awalnya diam-diam saja, manis dan anteng, tahu-tahu saat kesabaran telah habis terpakai, berbalik jadi menggertak kasar. Kalau gertak-menggertak sudah masuk dalam komunikasi kita, korban pertamanya sudah pasti hubungan baik antar pihak-pihak pelakunya! Padahal sebenarnya kita bisa mencegah jangan sampai hal itu terjadi.
Alasan lainnya yang membuat kita segan bersikap asertif adalah karena berharap orang lain akan mengerti sendiri apa yang kita inginkan. Pasti Anda pernah dengar seseorang (atau mungkin diri Anda sendiri) berkata, “Masa nggak ngerasa sih dia, sudah jelas-jelas saya tidak senang, kok masih ndablek juga…”?
Sekalipun di Indonesia banyak dukun buka praktek, namun tidak semua orang punya indra keenam untuk memahami kemauan kita tanpa perlu komunikasi verbal. Akhirnya, kita capek-capek sakit hati, sementara yang dituju tenang-tenang saja karena tidak ‘ngeh’ sama sekali.
Itulah sebabnya, sikap asertif sangat diperlukan, apalagi dalam lingkungan pekerjaan. Bila awalnya terasa sulit untuk memulainya, masalahnya tinggal seberapa sering kita menggunakannya agar semakin terbiasa. Di bawah ini ada beberapa point yang sebaiknya kita perhatikan sebelum bersikap asertif;
1. Pertimbangkan sikon (situasi dan kondisi)
Bicara terus terang tidak sama dengan bicara terang-terangan. Keterbukaan lain dengan main buka-bukaan. Bila masalah yang hendak Anda ungkapkan bersifat sensitif, pilihlah tempat yang cukup tertutup dan pribadi, jauh dari mata dan kuping pihak-pihak yang tidak berkepentingan. Pilih juga waktunya, jangan sampai membicarakan masalah berat dengan orang yang sedang panik dikejar deadline. Bisa-bisa gantian Anda yang dikejar-kejar olehnya!
2. Masalahnya pada saya, bukan pada pihak lain.
Saat mengutarakan keberatan, usahakan untuk selalu menjelaskan posisi Anda dalam masalah tersebut, dan bagaimana pengaruh masalah tersebut terhadap diri Anda. Dengan demikian, Anda tidak terkesan menyalahkan atau mengecam lawan bicara Anda. Misalnya, saat salah satu teman mengajak Anda makan di restoran yang tidak Anda sukai, berkata,”Saya kurang cocok dengan makanan yang disajikan di sana,” lebih baik daripada, “Restoran itu kan makanannya nggak enak?!” Perhatikan bahwa pada contoh kalimat yang pertama, Anda mengutarakan keberatan yang berasal pada diri Anda (kurang cocok dengan makanannya), dan bukan pilihan itu sendiri yang salah (makanannya nggak enak). Bukankah rekan Anda mengajak Anda ke restoran itu karena ia menganggapnya restoran yang enak sekali menurut ukurannya, bukan?
3. Gunakan kata-kata positif sebanyak mungkin
Daripada berkata,”Dasi kamu norak”; lebih baik “Kalau kamu mau pakai baju ini, lebih cocok dengan dasi yang kemarin”. Dengan demikian kritik Anda selalu disertai saran yang membangun.
4. Jujur
Sekalipun Anda harus cermat memilih kata, bukan berarti Anda harus berbohong. Ada banyak alternatif cara untuk menyampaikan maksud yang sama. Intinya, dari sejumlah kata yang dapat mewakili maksud Anda, pilihlah satu yang paling nyaman didengar. Dengan demikian, metode sindir-menyindir sudah jelas tidak masuk hitungan.
5. Fokus pada tujuan!
Ingat, tujuan Anda bersikap asertif adalah untuk menyampaikan pesan, membuat orang yang Anda tuju memahami pendapat dan perasaan Anda. Jadi, nyatakan pesan dalam kalimat sederhana yang ringkas, tidak perlu berbelit-belit, tapi juga tidak perlu menghardik atau memaki-maki. Pilih kata-kata secara cermat, dan hindari perkataan yang tidak relevan dengan tujuan Anda.
Akhirnya, perlu diingat bahwa perubahan terbesar sekalipun berawal dari perubahan yang terjadi pada satu orang. Bila Anda mengidamkan lingkungan kerja yang lebih terbuka dan asertif, mulailah dari diri Anda sendiri, sekarang juga. Ok?

ATUR KESEPAKATANNYA, BUKAN ORANGNYA

Dalam suatu seminar yang dihadiri para manajer, Steve berkata bahwa tema seminar kali ini adalah mempelajari bagaimana seorang pemimpin besar memperoleh hasil yang hebat dari orang-orang mereka tanpa sedikitpun mengatur. Pemimpin itu membuat kesepakatan, tanpa mengintimidasi, tanpa memerintah dan juga tidak sok tahu.Apabila hal tersebut dilakukan, maka akan terdapat rasa tanggung jawab yang berjalan dua arah. Akan membuat hal-hal yang kurang menyenangkan menjadi lebih mudah.
Cerita 1 : Hari adalah seorang karyawan yang selalu datang terlambat dalam berbagai macam pertemuan tim. Banyak manajer yang tidak suka dan membicarakan kejelekan Hari. Sebagian bahkan mengintimidasi Hari. Ada satu orang bernama Jill yang menggunakan cara lain. Ia membuat kesepakatan dengan Hari bahwa setiap ada pertemuan, Jill akan datang tepat waktu dan Hari juga harus tepat waktu. Mereka bicara sebagai sesama orang dewasa dan berhasil menjaga komitmen tersebut. Hari merasa dihargai sehingga lebih menghormati dan bertanggung jawab terhadap komitmen yang ada, komunikasi berjalan lebih jujur, terbuka dan utuh.
Jika Anda adalah seorang manajer, Anda mungkin akan frustasi apabila mempunyai tim sales yang tidak produktif. Padahal Anda sudah berulang kali mengcoaching, bahkan sampai akhirnya menjadi lebih mudah emosi. Mengapa begitu? Sales yang tidak produktif, tidak memberikan hasil sesuai target karena mereka tidak bersungguh-sungguh menghasilkannya. Mereka tidak fokus, walaupun di mulut berkata bahwa mereka fokus, namun bila dalam tindakan tidak terlihat hal tersebut, bisa jadi mereka berada di tim sales karena alasan-alasan lain, misal : terpaksa menjadi sales karena butuh uang, terpaksa menjadi sales karena butuh kerja atau tidak ada divisi selain sales yang menerima mereka, dll sehingga hal tersebut menjadi faktor penghambat produktifitas.
Kata “harus” bisa jadi merupakan paksaan bagi para sales. Misal : Kamu harus bisa menjual minimal satu barang dalam sehari! Kemungkinan mereka akan melakukannya dengan terpaksa. Yang perlu kita ingat adalah menanamkan “keinginan untuk” bukannya “cara untuk”. Sales akan memiliki produktifitas lebih tinggi apabila keinginan untuk sukses timbul dari dalam diri sendiri. Apabila sales didikte dengan “cara untuk”, maka mereka akan merasa terpaksa, seperti robot, padahal tidak ada seorang pun manusia yang suka didikte.
Sales Non produktif itu mengalami “gangguan kekurangan niat”, maka kita harus memotivasi agar timbul kesadaran dalam diri sendiri tanpa merasa terpaksa untuk menjadi produktif. Atau sebaiknya mempekerjakan sales yang memang menyukai tantangan, menyukai kesuksesan. Hal ini lebih mudah daripada memaksa orang yang “nyemplung” ke sales karena terpaksa. Banyak manajer yang tidak jeli pada saat perekrutan karyawan. Manajer cenderung menerima seadanya. Padahal pengidentifikasian sangat penting. Saat merekrut sales: Bedakan keinginan untuk mendapatkan pekerjaan dan keinginan untuk menjadi sukses. Calon sales yang hanya ingin diterima karena butuh pekerjaan biasanya akan bekerja seadanya namun calon sales yang antusias untuk menjadi sukses akan lebih mudah di bakar dengan motivasi untuk menjadi sales dengan produktifitas baik.

Sumber : Steve Chandler (penulis 100 ways to motivate others)


antara keluarga atau kerja ..............


Masalah memilih antara keluarga atau kerja memang isu dilematis yang klasik. Banyak orang merasa terjebak, khususnya karyawan. Masalahnya, jika ia memilih pekerjaan maka ia harus mengorbankan prioritas bagi keluarganya. Tetapi jika ia memilih keluarga, maka waktunya untuk kerja menjadi tidak maksimal. Saran saya. Langkah terbaik sebenarnya bukan memilih antara A ATAU B, tetapi A DAN B. Untuk itu, solusinya tidak terletak pada cara bekerja dan pola pikir yang sekarang dipakai. Einstein mengatakan, “Suatu masalah tidak bisa dipecahkan, pada level dimana masalah itu tercipta”. Dengan kata lain, kita harus menggunakan level berpikir lain untuk melihat permasalahan ini. Level berpikir yang dimaksud termasuk memetakan kembali pola kerja kita dalam memprioritaskan waktu untuk tugas kita. Bisa jadi, selama ini teknik pengaturan waktu di kantor begitu inefektif sehingga menghabiskan banyak waktu. Akibatnya, kita jadi tidak punya waktu untuk keluarga lagi. Perlu bagi kita untuk melihat ulang secara total, mana waktu yang seringkali tersia-siakan sehingga jadi kehilangan waktu bagi keluarga. Sama seperti ilustrasi mengenai wadah yang diisi pasir (masalah kecil) dan batu (masalah besar). Kita harus menata ulang. Intinya, harus dimulai dari awal lagi, cara kita mengisi dan menata wadah kita. Sebagai ilustrasi, pernah terjadi seorang manager wanita yang cukup sukses, setelah menikah masih tetap saja bekerja hingga larut malam. Suatu hari suaminya memberikan ultimatum, “Bekerja hanya boleh sampai jam 6 atau keluar saja dari perusahaan, untuk mengurusi keluarga”. Dengan ultimatum ini, akhirnya si manager bercerita bagaimana ia terpaksa menanta ulang semua pekerjaannya. Toh akhirnya, sudah setahun lebih ternyata ia bisa pulang tepat jam 6. Tetapi semua pekerjaannya bisa selesai. Salah satunya ia cerita, terlalu banyak waktu dihabiskan dengan mencari kesana-kemari arsip filenya yang berantakan, ada beberapa pekerjaan yang ternyata ia bisa delegasikan, dll. Begitu juga pengakuan yang sama datang dari seorang Assistant Vice President (AVP) suatu bank yang terkena penyakit liver gawat sehingga ia disarankan dokter menata load kerjanya. Sejak itu, ia belajar untuk membalance hidupnya. Toh akhirnya, ia mengatakan lebih bahagia karena bisa menata waktu lebih baik, untuk keluarga maupun karirnya. Berbagai kisah ini menggambarkan masalah fundamental dibalik prioritas antara keluarga atau karir seringkali terletak pada masalah pengaturan waktu yang buruk. Dengan pola pengaturan waktu yang buruk, maka terjadilah masalah dimana kita akhirnya diharapkan untuk memilih antara kerja atau keluarga. Pola pengaturan waktu itulah yang pertama-tama harus diselesaikan. Untuk itu, kita bisa belajar mana waktu yang seringkali tersia-siakan (misalkan datang ke kantor, tapi chit-chat terlalu banyak sehingga jam kerja pun terpakai sia-sia, bisakah pekerjaan yang sebenarnya didelegasikan, atau misalkan membuat perencanaan serta filing system yang baik sehingga tidak banyak waktu tersia-siakan). Termasuk juga kalau ada waktu senggang, antisipasilah pekerjaan yang akan jadi krisis, sehingga kita tidak terus terjebak dengan pekerjaan krisis melulu yang akan mengakibatkan kita tidak pernah punya waktu lagi untuk keluarga. Di sisi lain, menjadi karyawan STAR tidaklah melulu soal waktu yang dikeluarkan tetap bagaimana soal memberikan kontribusi dan kemampuan yang membuat kita berharga bagi perusahaan. Kuncinya adalah soal disiplin yang kita bangun dalam diri kita. Saya masih ingat kisah Mary Ash Kay, pemimpin bisnis terkemuka yang di tengah-tengah waktu saat anaknya tertidur ia berusaha menelpon untuk selling dan menggunakan waktunya untuk belajar. Kebanyakan dari kita, waktu kosong dipakai untuk berleha-leha, bersantai. Akibatnya, saat kantor atau tuntutan kerja tiba, kita jadi kelabakan dan krisis berkepanjangan. Kalausaja kita bisa memaksa diri untuk berdisiplin dengan baik, maka keseimbangan antara karir serta keluarga bukanlah hal yang mustahil. Terakhir, tentunya soal quality time yang kita berikan untuk keluarga. Quality time tersebut haruslah betulbetul dipergunakan untuk bersama kelurga dan total sepenuh hati diberikan. Ada seorang bapak yang mengatakan memberikan waktu untuk keluarga, tetapi sesampainya di rumah, si bapak ini baca koran sementara anaknya main-main. Yang seperti inipun percuma. Mau punya waktu satu haripun, tidak akan bermanfaat karena hanya tubuhnya yang hadir, jiwanya tidak. Jadi salah satu hal penting bagi keseimbangan keluarga yang lain adalah soal memberikan jiwa dan raga saat mengerjakan tugas kita maupun saat berada di rumah. Demikianlah, kalau kita mencoba mendisiplinkan diri kita untuk hal ini, maka saya yakin sebenarnya kita bisa menciptakan keseimbangan antara keluarga dengan kerja yang lebih baik. Akhirnya penting untuk merenungkan apa yang dikatakan oleh John Robbins & Ann Mortifee dalam buku In Search of Balance, “Tugas kita adalah mencapai keseimbangan dan menyeimbangkan lagi (balancing & rebalancing). Sama seperti jika satu kaki kita tak seimbang, jangan dipaksakan lagi. Lebih baik berhenti. Rencanakan ulang, tentukan pola baru baru selanjutnya melangkah lagi!”...............

Sabtu, 23 Januari 2010

Kisah Keledai ................


Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur.Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam,semetara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya.
Akhirnya, Ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun ditutup - karena berbahaya);jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. Dan ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.
Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian.Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya.
Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.
Sementara tetangga-2 si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga menguncangkan badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri !
Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari 'sumur' (kesedihan, masalah, dsb) adalah dengan menguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran, dan hati kita) dan melangkah naik dari 'sumur' dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan.

Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah.Kita dapat keluar dari 'sumur' yang terdalam dengan terus berjuang, jangan pernah menyerah !

Ingatlah aturan sederhana tentang Kebahagiaan :
1. Bebaskan dirimu dari kebencian
2. Bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan
3. Hiduplah sederhana
4. Berilah lebih banyak
5. Berharaplah lebih sedikit
6. Tersenyumlah
Seseorang telah mengirimkan hal ini untuk kupikirkan, maka aku meneruskannya kepadamu dengan maksud yang sama. "Entah ini adalah waktu kita yang terbaik atau waktu kita yang terburuk, inilah satu-satunya waktu yang kita miliki saat ini !

Kamis, 21 Januari 2010

Cerita Cinta Manusia (Perpisahan, Cinta, Nafsu dan tanggung jawab)

Ada saat dimana perpisahan menyadarkan kita akan rasa sayang terhadap seseorang, ada kalanya pula perpisahan menyadarkan kita bahwa cinta tak pernah hadir untuknya. Kehilangan seseorang adalah jawaban atas perasaan yang kita hadirkan.
Waktu akan terus berlalu, namun jejak yang ia tinggalkan adalah sisi lain dari kehidupan. Seperti halnya peradaban, setiap manusia memiliki sejarahnya. Masa lalu, sekarang dan masa depan adalah sejarah yang diciptakan oleh pilihan-pilihan. Hidup adalah pilihan, tanggung jawab adalah keharusan. Untuk itu, setiap jalan yang kita tempuh adalah tanggung jawab atas sebuah pilihan.
Ketika memilih untuk memberikan cintamu pada seseorang, saat itu tanggung jawab telah hadir atas konsekuensi sebuah cinta. Atau saat engkau berpaling dari seseorang untuk memberikan cintamu kepada sosok yang lain, maka dua sisi telah hadir untukmu. Sisi pengkhianatan atas seseorang yang engkau tinggalkan dan sisi pencarian untuk sosok yang kau anggap lebih dari sebelumnya. Sekali lagi, engkau telah memilih jalanmu. Memikul tanggung jawab atas sebuah pilihan meskipun jawabannya adalah misteri. Itulah kehidupan, keberanian untuk menghadapi sebuah resiko.
Pilihanmu untuk mencintai seseorang tak semestinya jadi paksaan untuk untuk mendapatkan cinta yang sama darinya. Sebab hakikat cinta adalah memberi dan tidak mengharap penerimaan. Maka cinta adalah keikhlasan. Akan tetapi manusia mengharap kesempurnaan. Apa yang kau tanam maka itulah yang kau petik. Kesabaran dan keikhlasan adalah alat mendapatkan cinta yang sama, walaupun tidaklah mutlak. Banyak nilai yang mempengaruhi perasaan cinta antar manusia, Kecantikan, ketampanan,harta, dan perbuatan. Kita tak dapat menyatukan semuanya, selalu saja ada ruang yang kosong untuknya. Disanalah dibutuhkan kebijaksanaan, memprioritaskan salah satu nilai yang kita pilih.
Kita tak akan pernah mendapat pasangan yang sempurna. Akan ada setiap kekurangan dalam diri manusia. Namun kita juga tak akan mampu bercerita tentang cinta tanpa melaluinya. Senang dan rasa sakit oleh cinta yang diberikan terhadap seseorang adalah pengalaman yang harus menjadi guru yang bijak. Belajar dari kepahitan ataupun belajar dari kebahagiaan merupakan kunci mencintai. Bersyukur atas apa yang ada adalah kemampuan. Melihat kekurangan dari satu sisi hanyalah kegelisahan, sedapatnya kekurangan oleh orang yang dicintai tertutupi oleh kelebihan yang engkau miliki.
Seorang Nabi Islam pernah berkata, bahwa sesungguhnya dalam diri manusia ada segumpal daging. Jika segumpal daging itu bersih, maka bersihlah semuanya, jika segumpal daging itu kotor, maka kotorlah ia. Itulah hati. Makna seseungguhnya adalah jiwa. Pengendalian terhadap nafsu atau dikendalikan oleh nafsu.
Kita tak dapat menutup mata dari nafsu dunia. Manusia mempunyai nafsu dan iman. Penggambaran dari Lumpur yang kotor dan Nur Tuhan. Jasad dan Roh. Fisik dan jiwa. Dalam diri perempuan diciptakan kenikmatan bagi laki-laki. Begitupun laki-laki, telah diciptakan untuknya kenikmatan untuk perempuan. Dia dapat menjadi rahmat, dapat pula menjadi azab. Iman adalah kontrol. Agama adalah petunjuknya.
Mungkin di suatu masa kita terlupa atau sengaja melupakan petunjuk yang telah diberikan. Tapi adakah suatu masa kita menyadarinya. Manusia yang merugi adalah mereka yang tak mau berubah. Masa lalu yang kelam bukanlah menjadi alasan untuk tetap demikan. Berpikir bahwa tak ada lagi harapan untuk berubah adalah keputus asaan.
Ketidak mampuan membedakan antara nafsu (birahi) dan cinta telah menjerumuskan sebagian perempuan ke alam kehancuran. Memberikan hati dan tubuhnya kepada laki-laki yang tak seharusnya. Melakukannya di luar petunjuk. Dan saat semuanya pergi, maka tinggallah penyesalan. Sekali lagi, itulah tanggung jawab atas sebuah pilihan. Akan tetapi, haruskah kita larut dalam kepedihan dan terus menghancurkan diri. Jawabannya, Tuhan Maha Adil. Akan selalu dibukakan pintu taubatnya selama itu yang kita inginkan. Lalu diberikannya pasangan untukmu dengan rahasia yang Ia miliki, sebab kehidupan bukan hanya dunia.............

Rabu, 20 Januari 2010

TIME IS MONEY ?????


Seperti biasa Richard, Kepala Cabang di sebuah Bank terkemuka di Indonesia tiba dirumahnya pada pukul 11 malam.
Tidak seperti biasa Sarah, putri pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu untuknya. Nampaknya
ia sudah menunggu cukup lama.
“Kok belum tidur?”
sapa Richard sambil mencium anaknya. Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia
akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab “ Aku nunggu
Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa?”
“Lho tumben, kok nanya gaji Papa?, Mau minta uang lagi?”
“Ach enggak, pengen tahu aja” ucap Sarah singkat.
“ Oke . Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam, dan dibayar Rp. 400.000,- setiap hari
Rata - rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi Gaji Papa dalam
satu bulan berapa, hayo?”
Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan TV.
Ketika Richard beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari mengikutinya.
“Kalau satu hari Papa dibayar Rp. 400.000 untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong” katanya.
“ Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur” perintah Richard.
Tetapi Sarah tidak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian. Sarah kembali bertanya, “Papa, aku boleh
pinjam uang Rp. 5000,- nggak?”
“Sudah, nggak usah macam-macam lagi, Buat apa minta uang malam-malam begini? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah.”
“ Tapi Papa……” Sarah agak ragu-ragu untuk meneruskan kata-katanya.
Kesabaran Richard pun habis. “Papa bilang tidur!” hardiknya mengejutkan Sarah. Anak Kecil itupun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Richard Nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah di kamar tidurnya. Anak kesayangannya belum tidur. Sarah didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Richard berkata, “Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp. 5.000,- lebih dari itupun Papa kasih” jawab Richard.
“Papa, aku nggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini. Jawab Sarah sedikit memelas.
“iya.iya, tapi buat apa?” Tanya Richard lembut.
“Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tigapuluh menit aja. Mama sering bilang kalau waktu Papa itu sangat berharga. Jadi aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku hanya ada Rp. 15.000,- tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,-, maka setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-. Tapi duit tabunganku kurang Rp. 5.000,- makanya aku mau pinjam dari Papa,” kata Sarah polos. Richard pun terdiam, ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini tidak cukup untuk “Membeli” kebahagian anaknya.“Yang berlimpah aja nggak bisa beli, apalagi yang kekurangan……”
Tapi yang jelas “Jangan kasih sayang diukur dari uang.

Kamis, 14 Januari 2010

MEMULAI KEBIASAAN BARU


Di awal tahun yang baru ini, tidak ada salahnya kita memulai dengan kebiasaan baru - yang tentunya baik.
Ada 14 butir yang bisa Anda coba...
1.     Senyum
Jika tahun lalu anda termasuk pribadi yang ”pelit” senyum, ayo mulai tahun ini awali dengan senyuman. Beri senyum dan sapalah orang-orang yang kerap anda jumpai setiap hari. Jangan ragu tersenyum pada supir bus, pada teman kantor yang pemalu dan bahkan pada saingan anda dikantor. Ketahuilah setiap orang senang mendapat perhatian ekstra, meskipun sepotong senyum.
2.     Perhatikan Kesehatan
Luangkan waktu untuk mengolah tubuh. Jika anda bukan tipe yang suka berolah raga, ajak orang terdekat atau teman anda untuk melakukan olah raga bersama. Jadikan tahun ini lebih bugar dari tahun sebelumnya.
3.     Bebaskan Kreativitas
Lakukan sesuatu kegiatan yang sedikit berbeda, misalnya dengan melukis, belajar musik, membuat lagu atau hanya menulis sepenggal puisi akan lebih mewarnai hari-hari anda di tahun ini.
4.     Bersikap Manis Pada Saingan
Meskipun sulit, namun sekali anda melakukannya anda akan merasakan betapa anda telah membuat hidup jadi lebih menyenangkan. Lebih baik banyak teman dari pada banyak musuh bukan ?
5.     Jangan Pelit Memberi Pujian
Beri pujian pada siapapun yang anda kenal. Pujian yang tulus akan membuat hubungan anda semakin indah.
6.     Menerima Pujian
Menolak pujian dengan maksud ingin merendah akan membuat sipemberi pujian salah tingkah, bahkan mereka akan berpikir apa yang mereka katakan adalah sesuatu yang salah. Jadi terimalah pujian itu, karena memang anda layak mendapatkannya.
7.     Belajar Mendengar
Membuka telinga lebar-lebar adalah komunikasi yang sukses. Bila tahun lalu anda termasuk pribadi yang suka membicarakan diri sendiri, jadi mulai sekarang belajarlah lebih mendengarkan orang lain.
8.     Tepat Waktu
Jangan pernah salahkan jam atau arloji anda. Belajarlah mulai menghargai waktu  dan membuang kebiasaan ”ngaret” di tahun lalu.
9.     Jangan Takut Bilang Tidak
Jangan ragu bilang Ya atau TIDAK, jika itu memang maksud anda. Jangan pernah takut mengatakannya karena teman yang tidak bisa menerima jawaban tidak bukanlah teman sejati.
10.    Mulai Menabung
Amankan diri anda mulai awal tahun ini secara finansial. Jika tahun lalu anda gagal meraih sesuatu jadikan tahun ini target dari mimpi anda, hemat dan jangan pernah malas menabung.
11.     Tulislah Hari Anda
Tertawalah, menangislah, marahlah, mengeluhlah dan keluarkan semua unek-unek anda dengan sebuah tulisan. Jadikan hal ini sebagai sebuah rutinitas. Buku harian tidak pernah menghakimi anda, namun justru membantu anda lebih mengenal diri sendiri.
12.    Tambah Ilmu
Bacalah lebih banyak buku. Cobalah baca jenis buku yang belum pernah anda baca sama sekali, karena hal baru selalu memberi anda banyak ilmu dan pelajaran. Jangan ragu menjelajahi buku loakan.
13.    Hang Out Bersama
Cukup meluangkan waktu sejenak untuk bersenang-senang bersama sobat dan pasangan terkasih cukup mujarab mengobati kejenuhan rutinitas anda setiap hari.
14.   Lakukan Satu Hal Baru Setiap Hari
Patahkan rutinitas, lakukan satu hal baru setiap hari walaupun itu sederhana. Warnai hari-hari anda dengan sebuah perubahan, meskipun kecil nilainya

RAHASIA BAHAGIA DI TEMPAT KERJA



Mari berkenalan dengan yanto (bukan nama sebenarnya), sosok seorang pegawai yang tidak puas terhadap atasannya. Alasannya adalah karena atasannya tidak mendukungnya dalam bekerja dan tidak bisa memotivasi dirinya untuk maju. Atasannya sangat pasif, lamban, bekerja seadanya dll. Apa yang dilakukan Yanto? Pilihannya ada 2, yaitu:
1. Mencari pekerjaan lain dan lingkungan baru yang dirasa lebih menantang,
2. Tetap bekerja di tempat lama dan bekerja sepenuh hati bahkan kalau perlu mengerjakan sebaik mungkin pekerjaan bos yang bisa ditangani Yanto dengan seijin bos.
Mana yang Yanto pilih? Setelah konsultasi dengan beberapa pegawai yang berpikiran positif Yanto memilih tetap setia pada pekerjaannya. Ia tidak lagi mengeluh, bekerja sepenuh hati, bahkan cenderung mengerjakan banyak hal baru yang selama ini bukan menjadi pekerjaan utamanya. Ternyata ada juga atasan yang mengetahui kelebihan Yanto ini, hingga akhirnya dalam waktu relatif singkat Ia di beri tantangan untuk menjabat suatu divisi baru. Singkat kata, Yanto memetik buah yang manis dari bibit yang Ia tanam.
Lain Yanto, lain lagi dengan Yono (masih nama samaran). Yono selama ini telah merasa nyaman dengan bosnya, hingga pada suatu hari tersiar kabar bahwa bos kesayangannya akan mengundurkan diri dan digantikan dengan bos baru. Gosipnya, bos baru itu gila kerja (bukan sakit gila loh), ”sok nge-bos”, perfeksionis... wah pokoknya semua sifat yang jelek-jelek kumpul semua deh. Yono menjadi stress menanti kedatangan sang boss baru.

Akhirnya, tibalah harinya bos baru Yono datang dan mulai bekerja. Yono menjadi sangat pasif (karena takut berbuat salah). Akibatnya, secara perlahan kinerjanya menurun… kemudian pada suatu hari si bos baru memanggilnya ke ruangan,
“Hai Yono, mungkin kita belum sempat berdiskusi mengenai pekerjaan ya?”
Yono menjawab sambil berpikir salah apa yang telah dibuatnya, ” Iya Pak”.
“ Saya sempat melihat penilaian kinerja beberapa pegawai dan Anda salah satunya. Saya lihat banyak sekali penurunan kinerja Anda. Apakah ada yang bisa saya bantu? Atau mungkin masalah pribadi? Jangan sungkan diskusi dengan saya, karena di dalam kantor ini kita adalah tim, dan bila salah satu pincang kinerjanya berarti sebagai pimpinan saya ikut merasa bertanggung jawab”
Yono hampir tak percaya dengan apa yang telah didengarnya. Ternyata selama ini ia telah sibuk dengan pikirannya sendiri, sampai tidak melihat kenyataan bahwa bos barunya ini ternyata sangat bijaksana. ”Hmm, maafkan saya pak, ini salah saya karena saya ketakutan berbuat salah di mata Bapak. Berita yang saya dengar bahwa Bapak sangat galak ternyata tidak benar. Saya benar-benar malu sendiri. Sekali lagi saya minta maaf karena menelan mentah-mentah gosip yang beredar. Mulai sekarang saya akan bekerja sepenuh hati dan saya siap menjadi bagian dari tim untuk menjadi terbaik.”
Bos baru menjawab sambil tersenyum, ”Yono, sebagai pegawai, kita harus bekerja sebaik mungkin, berpikiran positif, siapapun atasan kita. Kita tidak boleh bergantung pada seorang atasan, karena yang paling mengetahui diri kita adalah diri kita sendiri. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Apabila atasan tidak sesuai dengan keinginan kita, sebaiknya kita bersabar dan tetap ikhlas dalam bekerja. Saya juga pernah punya beberapa atasan yang sangat sulit dimengerti. Saya coba untuk bertahan dan berpikir positif bahwa tiap atasan memberi warna berbeda dalam pengalaman kerja saya. Setiap atasan saya membuat saya belajar hal lebih banyak dari sebelumnya dan pada akhirnya sampailah saat dimana saya sendiri yang menjadi pimpinan itu. Anda mengerti maksud dari cerita saya? Ternyata mantan atasan-atasan saya merekomendasikan saya untuk naik jabatan karena mereka nilai saya mampu membimbing tim. Sekarang Anda dan saya adalah satu tim. Bagi pegawai dengan kinerja baik, berhak mendapat apresiasi. Bagi pegawai kinerja buruk, akan mendapat pengarahan. Bagi pegawai yang melakukan tindak kejahatan atau berbuat curang, saya tidak segan untuk memberi sanksi tegas bahkan hukuman berat yang sesuai dengan kebijakan kantor kita. Mungkin gosip yang kamu dengar berasal dari orang yang pernah mendapatkan sanksi tersebut”
”Saya mengerti pak. Terima kasih atas ceritanya yang luar biasa. Sangat menginspirasi saya agar menjadi lebih baik dari sekarang”

Intisari : Sebagai pegawai dan pribadi mandiri, hanya kita yang mengerti diri kita sendiri. Kita bisa membuat diri kita bahagia atau menderita. Kita juga harus bisa beradaptasi dengan siapapun atasan kita. Atasan yang berbeda akan membuat kita belajar hal-hal baru lebih banyak daripada sebelumnya. Jadi, siapa bilang kita sulit bahagia di tempat kerja??

Sabtu, 09 Januari 2010

Misteri Angka 13 dan Perjalananku..................

Tanpa sengaja saya memperoleh tempat duduk no 13 pada ticket bus perjalanan pulang ke makassar, saat melihat no.13 tersebut saya pun mulai kuatir akan kesialan yang mungkin bisa saja terjadi  dalam perjalanan 7 jam tersebut, namun kerena pertimbangan letak dan kenyamanan di kursi itu akhirnya  tetap kursi tersebut tetp menjadi pilihan, dan ternyata saat perjalanan tersebut akan dimulai kuatirkan pun sirna karena rupanya disamping  saya duduk seorang cewek cantik & homuris dan ***** yang membuat perjalanan selama 7 jam tersebut terasa singkat, dan angka 13 dalam pikiran saya menjadi angka "lucky" untuk saya malam itu, namun diluar dugaan saat tiba di makassar ternyata oleh-oleh untuk keluarga berupa 1 karung durian raib entah kemana, saya pun jadi berpikir apakah ini berhubungan dengan angka 13.........................................


Angka 13 sekarang ini memang sering diartikan sebagai angka sial, angka yang berhubungan dengan dunia mistik, dan juga penyembahan terhadap Lucifer. Angka 13 ini terdapat di berbagai benda di sekeliling kita, mulai dari rumus Barcode yang tertera di setiap produk keluaran pabrik, lambang negara Amerika Serikat, jumlah kartu remi dan tarot, rumus suci geometri yang biasanya terpahat dan disembunyikan dalam berbagai arsitektur bangunan seperti halnya Monumen Washington DC dan Patung Liberty, simbolisasi logo Microsoft, simbolisasi logo McDonalds dan berbagai perusahaan multinasional AS, lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta di AS, hingga bilangan batu permata yang ada di Cruix Gemmata, salib yang bertaburkan 13 batu mulia.
Angka ini juga disimbolkan sebagai Yesus dengan 12 muridnya, Dinasti Rotschild dengan 12 Dinasti Yahudi Dunia lainnya yang berkumpul di Bavaria pada tahun 1773 (pendirian Illuminaty dengan Adam Weishaupt sebagai Grandmaster), dan sebagainya.
Sejak lama angka 13 dipercaya sebagai angka yang membawa kesialan, sebab itu angka ini tidak digunakan sebagai nomor kamar di hotel-hotel besar, nomor tempat duduk di pesawat, nomor lantai di gedung-gedung pencakar langit dan lainnya. Dan orang-orang yang memiliki ketakutan yang berlebihan terhadap angka 13 disebut sebagai Triskaidekaphobia.
Paul Hoffman, di dalam Smithsonian Magazine (Febr, 1987), menyatakan jika fobia terhadap angka 13 ini telah menelan biaya satu miliar dollar AS pertahun karena fobia itu telah menyebabkan orang mangkir dan membatalkan keberangkatan kereta dan pesawat terbang, serta mengurangi aktivitas perdagangan di setiap tangal 13 setiap bulannya.
Napoleon Bonaparte, Paul J. Getty, dan Franklin Delano Roosevelt sangat percaya dengan kesialan angka 13 ini sehingga selalu menghindari makan malam dengan 13 orang.
Di dalam kekristenan, angka 13 ini mengingakan mereka akan episode perjamuan terakhir, di mana murid yang ke-13 berkhianat terhadap Yesus. Angka 13 jika bersamaan waktunya dengan hari Jum'at (hari yang oleh orang Kristen dipercaya sebagai hari kematian Yesus) dianggap sial dua kali lipat (Fiday 13).
Mengapa "Konspirasi" sangat doyan menggunakan angka 13 di dalam simbol-simbol mereka? Annemarie Schimmel di dalam The Mystery of Numbers (1993) mengutip simbolog Ernst Boklen yang melakukan penelitian mendalam terhadap kepercayaan angka 13. Buku Boklen ini diterbitkan pada tahun 1913! Menurut Boklen, kelompok-kelompok gnostik dibentuk dengan format 12+1 (13). Schimmel sendiri berkeyakinan jika kepercayaan ini berasal dari kepercayaan mistis di zaman Babilonia, bahkan lebih tua dari era tersebut.
Dalam kepercayaan Kabbalah, angka 13 menempati posisi suci, sebab itu banyak digunakan dalam berbagai simbol dan arsitektural.
Lantas mengapa angka 13 juga Templar dibasmi (Jumat, 13 Oktober 1703). Hal ini bisa jadi sebuah cemoohan terhadap keyakinan Templar yang dilakukan oleh Paus Clement V dan King Philip Le Bel (Philip IV) di Perancis terhadap angka 13.
Bagi seorang Muslim, tentu kita tidak boleh meyakini angka-angka karena hal tersebut bisa menjurus kepada kemusyrikan. Wallahu'alam bishawab.

Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh

Selasa, 05 Januari 2010

Mengungkap Aib Seseorang



Pada dasarnya diharamkan bagi seorang muslim mengungkapkan aib saudaranya karena ini termasuk kedalam perbuatan ghibah, yaitu mengungkapkan aib saudaranya sesame muslim pada saat orang itu tidak ada dihadapannya dan saudaranya itu tidak menyukainya jika berita tersebut sampai kepadanya tanpa adanya suatu keperluan. Para ulama mengharamkan ghibah ini jika dilakukan tanpa adanya suatu kepentingan bahkah termasuk kedalam kategori dosa besar, sebagaimana disebutkan didalam firman Allah swt :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Artinya : “Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat : 12)
Didalam shahih Muslim dari hadits al ‘Ala bin Abdurrahman dari ayahnya dari Abu Hurairoh bahwa Nabi saw bersabda,”Tahukah kalian apa itu ghibah?’ para sahabat bertanya,”Allah dan Rasul-Nya lah yang mengetahuinya.” Beliau saw bersabda,”Engkau menyebutkan apa-apa yang tidak disukai oleh saudaramu.’ Beliau saw ditanya,’Apa pendapatmu, jika pada saudaraku itu benar ada apa yang aku katakan?’ beliau saw bersabda,’Jika apa yang engkau katakan itu benar (ada pada saudaramu) maka sungguh engkau telah melakukan ghibah dan jika apa yang engkau katakana itu tidak benar maka engkau telah berdusta.”
Namun ghibah atau menyebutkan aib saudaranya untuk suatu kepentingan maka dibolehkan, dan diantara hal-hal yang dibolehkannya ghibah adalah :
1. Adanya unsur kezhaliman.

Dibolehkan bagi seorang yang dizhalimi untuk mengadukannya kepada penguasa atau hakim atau orang-orang yang memiliki wewenang atau orang yang memiliki kemampuan untuk menghentikan kezhaliman orang yang berbuat zhalim itu kemudian orang itu mengatakan,”Sesungguhnya si A telah merzhalimiku, dia telah berbuat ini kepadaku, dia telah mengambil itu dariku atau sejenisnya.”

2. Meminta pertolongan untuk menghentikan kemunkaran dan mengembalikan orang-orang yang berbuat maksiat kepada kebenaran dengan penjelasannya yang mengatakan kepada orang yang diharapkan kesanggupannya untuk menghilangkan kemunkaran dengan mengatakan,”Si A melakukan ini dan itu maka cegahlah dia, atau perkataan sejenisnya.” Maksudnya adalah untuk menghilangkan kemunkaan dan jika tidak ada maksud yang demikian maka diharamkan.
3. Meminta fatwa, seperti penjelasannya kepada seorang mufti,”Ayahku telah menzhalimiku atau saudaraku atau fulan dengan perbuatan ini. Adakah balasannya ? Bagaimana caranya untuk melepaskan diri dari perbuatan itu dan mendapatkan hakku serta mencegah kezhaliman itu terhadapku?’ atau perkataan-perkatan seperti itu, maka hal ini dibolehkan untuk suatu kepentingan.
Namun yang lebih baik baginya adalah dengan mengatakan,”Bagaimana pendapatmu tentang seorang laki-laki yang melakukan perbuatan ini dan itu, atau seorang suami atau istri yang melakukan ini dan itu atau sejenisnya.” Ia hanya menyampaikan substansinya tanpa menyebutkan orangnya meski jika menyebutkan orangnya pun dibolehkan, berdasarkan hadits Hindun yang mengatakan,”Wahai Rasulullah saw sesungguhnya Abu Sofyan adalah seorang yang kikir…” dan Rasulullah saw tidaklah melarang Hindun.
4. Memberikan peringatan kepada kaum muslimin dari keburukan dan kejahatannya. Hal itu dalam lima bentuk sebagaimana disebutkan Imam Nawawi :
a. Mengungkapkan ‘cacat’ para perawi dan saksi yang memiliki cacat, ini dibolehkan menurut ijma’ bahkan diwajibkan demi menjaga syariah.
b. Memberitahukan dengan cara ghibah saat bermusyawarah dalam permasalahan keluarga besan, atau yang lainnya.
c. Apabila engkau menyaksikan orang yang membeli sesuatu yang mengandung cacat atau sejenisnya lalu engkau mengingatkan si pembeli yang tidak mengetahui perihal itu sebagai suatu nasehat baginya bukan bertujuan menyakitinya atau merusaknya.
d. Apabila engkau menyaksikan seorang yang faqih, berilmu berkali-kali melakukan perbuatan fasiq atau bid’ah sedangkan orang itu menjadi rujukan ilmu sementara kemudharatan yang ada didalam perbuatan itu masih tersembunyi maka hendaklah engkau menasehatinya dan menjelaskan perbuatannya itu dengan tujuan memberikan nasehat.
e. Terhadap seorang yang memiliki kekuasaan (amanah) yang tidak ditunaikan sebagaimana mestinya dikarenakan dirinya tidak memiliki kemampuan atau karena kefasikannya maka hendaklah hal itu diungkapkan kepada orang yang memiliki wewenang atau kemampuan untuk menggantikan orang tersebut dengan orang lain yang lebih mampu, tidak mudah tertipu dan istiqomah.
5. Apabila kefasikan atau bid’ah yang dilakukannya sudah tampak terang maka dibolehkan mengungkapkan yang tampak terang itu saja dan tidak dibolehkan baginya mengungkapkan aib-aib selain itu kecuali jika ada sebab lainnya.
6. Sebagai pengenalan atau pemberitahuan… apabila seseorang telah dikenal dengan gelar si Rabun, si Pincang, si Biru, si Pendek, si Buta, si Buntung atau sejenisnya maka dibolehkan baginya untuk mengenalkannya dengan perkataan itu dan diharamkan menyebutkannya dengan maksud menghinakannya akan tetapi jika dimungkinkan untuk pengenalannya dengan selain gelar-gelar itu maka hal ini lebih utama. (al Mausu’ah al Fiqhiyah juz II hal 11445 – 1146)
Dengan demikian dibolehkan mengungkapkan aib korupsi yang dilakukan para pejabat dikarenakan adanya kemaslahatan didalamnya yaitu untuk menghentikan kezhalimannya yang dapat merugikan negara dan menyengsarakan masyarakat dan agar para pejabat lainnya tidak melakukan perbuatan itu atau pun agar pejabat itu diganti dengan pejabat lainnya yang lebih baik dan amanah.
Mentaati Pemimpin
Selain hadits-hadits yang anda sebutkan diatas yang memerintahkan seorang muslim untuk mendengar dan menaati pemimpinnya maka terdapat hadits-hadits lainnya, diantaranya :
Sabda Rasulullah saw,”Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menemui keadaan itu?’ Beliau saw bersabda,”Hendaklah engkau berkomitmen (iltizam) dengan jama’atul muslimin dan imam mereka.” (HR. Bukhori)
Sabda Rasulullah saw,”Barangsiapa yang melepaskan tangannya (baiat) dari suatu keaatan maka ia akan bertemu Allah pada hari kiamat tanpa adanya hujjah (alasan) baginya. Dan barangsiapa mati sementara tanpa ada baiat di lehernya maka ia mati seperti kematian jahiliyah.” (HR. Muslim)
Maksud kata “pemimpin/imam” yang harus didengar dan ditaati didalam hadits-hadits diatas adalah pemimpin seluruh kaum muslimin atau khalifah atau imam syar’iy yang dipilih oleh Ahlu al Halli wa al Aqdi yang merupakan perwakilan dari seluruh kaum muslimin bukan pemimpin suatu organisasi, jama’ah, partai, perkumpulan atau bukan pula penguasa suatu negara, pemimpin suatu daerah atau yang sejenisnya.
Sehingga apabila seorang pemimpin suatu organisasi atau jamaah atau seorang penguasa suatu negeri memerintahkan kemaksiatan walaupun dirinya masih melaksanakan shalat maka ia tidak boleh ditaati karena tidak ada ketaatan didalam maksiat kepada Allah swt, sebagaimana sabda Rasulullah saw,”Tidak ada ketaatan dalam suatu kemaksiatan akan tetapi ketaatan kepada hal yang ma’ruf.” (HR. Bukhori dan Muslim)—(baca : Hukum Berhenti dari Jama’ah)
Wallahu A’lam

Senin, 04 Januari 2010

Ketika Hidup Harus Lebih Hidup


Ketika kita menentukan pilihan disitu nasib kita ditentukan………………………………………..
Hidup ini memang terlalu murah untuk disiasiakan dan terkadang terasa terlalu mahal untuk menjemput sebuah impian..namun itulah hidup…………………….
Keputusan hidup yang kita jalani terkadang terkesan dipaksakan kerena kita tidak memiliki nilai tawar lagi, namun ini bukan menyatakan bahwa hidup kita terkesan murah semetara Meninggalkan orang yang dicintai , menyebrangi lautan dan mendagi gunung terjal serta harus merambah hutan belantara juga terkesan terlalu mahal demi sebuah kehidupan …………
Namun …Itulah manusia yang tidak pernah puas dan selalu mengambil kesimpulan yang sederhana (berdasarkan rasa dan akal manusia) dari pada satu siklus kehidupan yang baginya tidak sederhana (berdasarrkan rasa dan akal manusia)…………………
Sebaiknya kita melihat keputusan itu sebagai sebuah kesempatan yang diberikan Allah kepada kita,, ngak perlu merasa murah karena kita merupakan mahluk yang sempurna dimata Allah, seorang manusia biasa saja merancang sebuah scenario kehidupan kita tapi kita harus yakin bahwa besarnya scenario manusia tersebut merupakan bagian terkecil dari scenario Allah dan kita sebagai manusia hanya dapat memperkirakan hasil namun Allah menentukan takdir……….
Perjuangan terasa berat, meninggalkan orang yang dicintai janganlah membuat kita sedih dan lemah justru kita harus lebih kuat, (allah telah menentukan takdir). air mata orang yang kita cintai jadikan sebagai penawar asinnya air laut yang kita seberangi, eratnya pelukan orang yang dicintai jadikan sebagai perekat simpul saat kita melalui gunung, gema teriakan orang yang dicintai jadikan sebagai nada pelipur lara pemecah kesunyian belantara. …..
Satu hal yang pasti ketika kita menjalani itu semua kita akan dapat menikmati kilauan intan diantara riak gelombang kehidupan, kita menikmati indahnya lukisan alam saat berada di Puncak bukit kehidupan, dan kita bisa menikmati udara segar ditengah belantara kehidupan, .
Menikmati itu semua bukan bagian dari scenario manusia ……….

Minggu, 03 Januari 2010

Malu pada Manusia? Seharusnya Lebih Malu pada Allah..............


Setiap kali saya berjumpa dengannya atau melihatnya dari kejauhan dalam suatu kesempatan, ada perasaan malu yang menyelinap ke dalam hati saya. Ada keinginan untuk menjauh atau menjaga jarak. Kesalahan yang dulu pernah saya lakukan masih berbekas dalam hati saya, walau ia sebenarnya sudah memaafkan.
Begitulah, tapi saya sadar, keadaan seperti ini tidak boleh terus berlanjut. Saya harus bisa bersikap wajar dan seolah tidak terjadi apa-apa. Sebagai seorang manusia, siapapun tak luput dari salah, bukankah saya sudah minta maaf, dan ia pun dengan lapang hati dapat memaklumi dan memaafkan.
Pengalaman ini mengingatkan saya pada satu hal, yaitu rasa malu pada Allah. Rasa malu yang seharusnya hadir ketika timbul dorongan berbuat dosa dan maksiat. Allah maha melihat segala sesuatu, Ia mengetahui ke mana arah pandangan mata, bisikan hati dan pikiran kita. Tidak ada satupun yang bisa kita sembunyikan dari-Nya.
Sungguh, sangat banyak ayat-ayat Allah yang menerangkan tentang ini, diantaranya :
"Katakanlah, "Jika kamu sembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu nyatakan, Allah pasti mengetahuinya. " Dia mengetahui  apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu (QS Ali `Imran: 29)
"Yang melihat engkau ketika engkau berdiri (untuk shalat). Dan (melihat) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud." (QS Asy-Syu`ara` : 218-219)
"... dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan." (QS al-Hadid: 4)
"Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat -(yaitu: pandangan kepada hal-hal yang terlarang, seperti memandang kepada perempuan yang bukan mahramnya)- dan apa yang tersembunyi dalam dada." (QS al-Mukmin: 19)
Dan kelak di akhirat Dia akan meminta pertanggungjawaban kita atas setiap kata yang kita ucapkan, pandangan mata, perbuatan kita, dstnya.
Hal ini bisa kita umpamakan, di setiap pojok atas sebuah ruangan diletakkan kamera pengintai. Apapun yang kita lakukan dan katakan, semua terekam oleh kamera tersebut, tak ada satupun yang terlewatkan. Orang yang sadar bahwa ia sedang diawasi akan waspada dan menjaga setiap gerak-gerik dan ucapannya. Ia tidak akan gegabah dan asal-asalan. Semuanya diperhitungkan dan dipertimbangkan.
Beda halnya dengan orang yang tidak mengetahui keberadaan kamera tersebut, ia akan berbuat se-maunya, se-enak hatinya. Ia merasa bebas, tidak ada yang mengawasi, melihat perbuatan dan mendengarkan kata-katanya.
Dalam contoh lain, jika seorang anak berjalan dengan bapak yang sangat dicintai dan dihormatinya di pasar. Sang anak akan senantiasa berhati-hati. Ia tidak ingin terlihat melakukan sesuatu yang tidak disenangi bapaknya, karena apabila bapaknya melihat dirinya  berbuat jahat, berkata kasar, bapaknya akan marah dan akan jatuhlah kedudukan dirinya di hadapan bapaknya. Dan tentu bagi Allah perumpamaan yang lebih tinggi.
Zikrullah, mengingat Allah, menyebut nama Allah, merasakan kehadiran Allah, menyadari bahwa Allah senantiasa mengawasi diri kita, dimanapun, kemanapun, dan kapanpun, Allah selalu melihat, menyaksikan, dan mengetahui perbuatan kita. Jika ini betul-betul tertanam kuat dalam hati, insya Allah, setiap kata yang kita ucapkan, setiap sesuatu yang kita inginkan, pikirkan, akan selalu kita jaga dan arahkan pada apa yang Allah ridhai.
Maka, ketika kita cinta, maka cinta itu karena Allah. Apabila kita ingin marah, marah itu karena Allah. Jika kita ingin bersedekah, maka sedekah itu karena Allah. Apabila kita ingin berkata, perkataan itu demi mengharapkan ridha Allah swt. Dan tentu hidup seperti ini begitu indah ...
Rasa malu pada Allah barangkali telah mulai hilang dalam diri sebahagian orang, atau bahkan banyak orang. Mereka tak malu untuk berbuat nista dan kemungkaran. Tidak malu lagi menjulurkan tangan ini mengambil barang yang haram, tak malu melangkahkan kaki ini ke tempat haram, mengarahkan pandangan mata pada yang haram, berkata bohong, menipu dan seterusnya.
Beberapa wanita yang mengaku muslimah tidak lagi merasa malu membuka auratnya dan memajangnya di depan umum, bahkan ia merasa bangga dengan apa yang dilakukannya. Ia tak lagi merasa malu berpegang tangan, berfoto mesra dengan laki-laki yang belum sah menjadi suaminya. Ia telah tertipu oleh hawa nafsunya, dan bisikan setan yang menjadikan para pengikutnya memandang indah dan merasa bangga dengan perbuatan buruk dan tercela.
Begitulah, hilangnya rasa malu telah menjatuhkan derajat kemuliaan seorang wanita pada lembah kehinaan di hadapan Allah dan hamba-hamba- Nya yang beriman.
Dan seorang laki-laki, tak lagi merasa malu melakukan hal yang serupa, berpegang tangan, berfoto mesra dengan wanita yang belum sah menjadi istrinya. Karena hilangnya rasa malu rusaklah agama dan akhlak.
Rasa malu itu telah tertutup oleh asap hitam dan tebal dosa dan maksiat. Oleh asap hitam dan tebal hawa nafsu dan hasutan setan. Oleh kebodohan, syubhat dan syahwat.
Bukankah Rasulullah saw menegaskan bahwa rasa malu itu bagian dari iman. Yaitu malu berbuat segala sesuatu yang tidak disukai dan tidak diridhai Allah. Dengan kata lain, ketika rasa malu itu telah mulai redup atau berkurang, kondisi iman perlu untuk segera dibenahi sebelum rasa malu itu hilang, karena jika rasa malu itu telah hilang, tak malu lagi untuk berbuat dosa dan maksiat.
Seorang hamba yang cinta pada Rabbnya, akan sangat malu jika kedapatan berbuat nista. Cintanya pada Allah menghalanginya untuk menempuh jalan maksiat. Ia sangat takut jika yang dicintainya berpaling darinya, benci, murka dan meninggalkannya. Begitu dalam kesedihan merenggut hatinya.
Namun, cinta pada Allah tidak hadir begitu saja dalam jiwa. Ia butuh pada proses yang harus dilewati, yaitu mengenal Allah. Mengenal Allah melalui firman-firman- Nya, dengan senantiasa dibaca, direnungi, diresapi dalam-dalam. Dengan rajin memperhatikan keindahan, keagungan ciptaan-Nya di jagat raya ini, sembari memikirkan betapa kuasa dan maha luasnya ilmu Allah.
Dengan selalu merenungi dan mensyukuri betapa begitu banyak nikmat-Nya yang telah kita terima selama ini, yang tak akan sanggup kita hitung, mulai dari nikmat yang melekat pada tubuh kita: nikmat melihat, mendengar, berbicara, merasa, berjalan, berpikir, bernafas, dstnya.
Dengan selalu berbicara pada orang lain tentang keesaan Allah, kemahakuasaan Allah, rahmat-Nya, ilmu-Nya, nikmat-Nya dan dengan rajin mendengarkan pembicaraan tentang kebesaran Allah, nikmat –nikmat Allah dari orang-orang yang selalu menyebut-Nya di waktu siang dan malam.
Semakin sering dibaca, diperhatikan, didengarkan, diucapkan, akan semakin tumbuhlah rasa cinta itu dalam hati, akan kokohlah keyakinan itu, akan kuatlah iman di dada, akan tumbuhlah rasa rindu itu menggenggam kalbu, akan kuatlah keinginan untuk berjumpa dan betapa malu jika telah dengan sengaja atau khilaf berbuat sesuatu yang tidak disukai Allah..
Allahu akbar....
Ya Allah, Engkau selalu melihat kami siang-malam, kapanpun dan dimanapun kami berada. Ya Allah anugerahkanlah pada kami rasa malu bermaksiat pada-Mu. Amin..
Salam cinta dari bumi Allah,
marif_assalman@yahoo.com