Minggu, 24 Januari 2010

ATUR KESEPAKATANNYA, BUKAN ORANGNYA

Dalam suatu seminar yang dihadiri para manajer, Steve berkata bahwa tema seminar kali ini adalah mempelajari bagaimana seorang pemimpin besar memperoleh hasil yang hebat dari orang-orang mereka tanpa sedikitpun mengatur. Pemimpin itu membuat kesepakatan, tanpa mengintimidasi, tanpa memerintah dan juga tidak sok tahu.Apabila hal tersebut dilakukan, maka akan terdapat rasa tanggung jawab yang berjalan dua arah. Akan membuat hal-hal yang kurang menyenangkan menjadi lebih mudah.
Cerita 1 : Hari adalah seorang karyawan yang selalu datang terlambat dalam berbagai macam pertemuan tim. Banyak manajer yang tidak suka dan membicarakan kejelekan Hari. Sebagian bahkan mengintimidasi Hari. Ada satu orang bernama Jill yang menggunakan cara lain. Ia membuat kesepakatan dengan Hari bahwa setiap ada pertemuan, Jill akan datang tepat waktu dan Hari juga harus tepat waktu. Mereka bicara sebagai sesama orang dewasa dan berhasil menjaga komitmen tersebut. Hari merasa dihargai sehingga lebih menghormati dan bertanggung jawab terhadap komitmen yang ada, komunikasi berjalan lebih jujur, terbuka dan utuh.
Jika Anda adalah seorang manajer, Anda mungkin akan frustasi apabila mempunyai tim sales yang tidak produktif. Padahal Anda sudah berulang kali mengcoaching, bahkan sampai akhirnya menjadi lebih mudah emosi. Mengapa begitu? Sales yang tidak produktif, tidak memberikan hasil sesuai target karena mereka tidak bersungguh-sungguh menghasilkannya. Mereka tidak fokus, walaupun di mulut berkata bahwa mereka fokus, namun bila dalam tindakan tidak terlihat hal tersebut, bisa jadi mereka berada di tim sales karena alasan-alasan lain, misal : terpaksa menjadi sales karena butuh uang, terpaksa menjadi sales karena butuh kerja atau tidak ada divisi selain sales yang menerima mereka, dll sehingga hal tersebut menjadi faktor penghambat produktifitas.
Kata “harus” bisa jadi merupakan paksaan bagi para sales. Misal : Kamu harus bisa menjual minimal satu barang dalam sehari! Kemungkinan mereka akan melakukannya dengan terpaksa. Yang perlu kita ingat adalah menanamkan “keinginan untuk” bukannya “cara untuk”. Sales akan memiliki produktifitas lebih tinggi apabila keinginan untuk sukses timbul dari dalam diri sendiri. Apabila sales didikte dengan “cara untuk”, maka mereka akan merasa terpaksa, seperti robot, padahal tidak ada seorang pun manusia yang suka didikte.
Sales Non produktif itu mengalami “gangguan kekurangan niat”, maka kita harus memotivasi agar timbul kesadaran dalam diri sendiri tanpa merasa terpaksa untuk menjadi produktif. Atau sebaiknya mempekerjakan sales yang memang menyukai tantangan, menyukai kesuksesan. Hal ini lebih mudah daripada memaksa orang yang “nyemplung” ke sales karena terpaksa. Banyak manajer yang tidak jeli pada saat perekrutan karyawan. Manajer cenderung menerima seadanya. Padahal pengidentifikasian sangat penting. Saat merekrut sales: Bedakan keinginan untuk mendapatkan pekerjaan dan keinginan untuk menjadi sukses. Calon sales yang hanya ingin diterima karena butuh pekerjaan biasanya akan bekerja seadanya namun calon sales yang antusias untuk menjadi sukses akan lebih mudah di bakar dengan motivasi untuk menjadi sales dengan produktifitas baik.

Sumber : Steve Chandler (penulis 100 ways to motivate others)