Selasa, 25 Mei 2010

Don't Worry, Be Ready .....

Saya ini mungkin termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang sering atau bahkan selalu merasa khawatir dan takut dengan masa depan yang sudah pasti akan menanti. Biasanya, rasa khawatir dan takut itu akan saya rasakan setelah mendapat informasi dari orang-orang di sekitar saya, terutama teman-teman sepergaulan yang lebih senior dari saya. Padahal sangat mungkin sekali apa yang mereka rasakan dan telah hadapi tidak akan sama halnya dengan apa yang akan saya rasakan dan hadapi kelak.

Ketika saya mulai masuk sekolah dasar, saya sering ditakut-takuti oleh teman-teman sepermainan saya yang sedikit lebih tua dari saya. Mungkin maksud mereka itu hanyalah sebuah bentuk canda tapi saya menanggapinya dengan serius kala itu. Mereka mengatakan bahwa di sekolah nanti murid-murid akan diberikan hukuman dengan berdiri di lapangan sekolah. Entah kenapa saya langsung mempercayai saja ucapan mereka tanpa meminta alasan kenapa semuanya dihukum. Ketika saya pulang ke rumah, saya menangis dan mengatakan kepada orang tua saya bahwa saya tidak mau sekolah lagi karena takut dijemur di lapangan.

Mendengar hal itu, orang tua saya, terutama ibu, mencoba merayu saya agar tetap sekolah dengan mengatakan bahwa semuanya itu tidak benar. Alhamdulillah, orang tua saya berhasil membuat saya mau bersekolah lagi. Kalau saja saya tidak berhasil dibujuk dan dirayu saat itu, entah bagaimana keadaan saya sekarang ini.

Ketika akan memasuki SMP (Tsanawiyah), teman-teman saya yang merupakan kakak kelas saya memberikan informasi bahwa di SMP itu pelajarannya lebih sulit, mendapatkan nilai merah itu sudah biasa, dan mendapatkan nilai enam di raport itu artinya sudah termasuk murid yang pintar. Saya pun membayangkan bagaimana sulitnya pelajaran di SMP sambil bertanya-tanya dalam diri apa iya pelajaran SMP sesulit itu. Ternyata, setelah menjalani masa sekolah di SMP, saya mendapatkan nilai raport tertinggi dibandingkan SD atau SMA. Dan ternyata, apa yang diucapkan teman-teman saya sebelumnya tidak berlaku kepada saya.

Pengalaman yang sama juga terjadi waktu saya akan memasuki SMA. Di akhir-akhir masa SMP, teman saya yang sudah duduk di SMU berkata kepada saya, "Di SMA nanti, kalo ngomong sama temen-temen itu udah gak pake 'loe-gue', tapi harus pake 'aku-kamu'." Dia juga menambahkan, "Di SMA yang namanya cowok colek-colek cewek itu udah biasa, enggak kaya di Tsanawiyah."

Suatu saat, di dalam sebuah angkot, saya melihat sendiri bagaimana teman saya tersebut dengan ringannya mencolek teman sekolahnya yang perempuan. Baginya mencolek merupakan sebuah tanda keakraban. Melihat kejadian tersebut, saya hanya saling berpandangan dengan teman saya yang lain yang bersekolah di madrasah Aliyah.

Di SMA, sekali saya mendapatkan kembali sebuah kenyataan bahwa apa yang dikatakan oleh teman saya tersebut tidaklah berlaku bagi saya. Dalam bergaul dengan teman-teman SMA saya tetap menggunakan 'loe-gue', tak pernah saya menggunakan 'aku-kamu'. Saya juga mendapatkan jawaban bahwa untuk akrab kepada lawan jenis tidak harus dengan cara colak-colek.

Di masa kuliah, 'DO' merupakan kata-kata yang tidak ingin didengar oleh saya dan semua teman-teman kuliah. Maka tak heran, bila saya dan sebagian teman-teman saya selalu merasa was-was dan khawatir setiap kali selesai Ujian Tengah Semester atau pun Ujian Akhir semester. Harap-harap cemas adalah yang saya rasakan kala itu, dan untuk mendapatkan nilai yang baik serta kelulusan di setiap tingkat, saya akan memperbanyak permohonan dalam doa kepada Allah AWT. Alhamdulillah, 'DO' tidak pernah bersua dengan saya.

Hm, mungkin selama ini saya telah membuat kesalahan dengan menerima masukan atau info yang malah membuat saya merasa tidak sanggup untuk melakukan sesuatu atau merasa tidak siap ketika akan menghadapi sesuatu. Akibatnya, saya selalu merasa tidak percaya diri serta khawatir terhadap sesuatu yang belum pasti ada. Semuanya ada di masa depan, bisa esok, lusa, minggu depan, bulan depan atau bahkan tahun depan. Padahal kesemuanya itu adalah sesuatu yang gahib bagi saya. Sedangkan yang pasti bagi saya adalah hari ini. Apa yang saya lakukan hari ini menjadi cerminan untuk waktu-waktu berikutnya.

Saya jadi teringat sebuah motto yang di tulis oleh adik saya di lemari atau di buku miliknya, saya sudah tidak ingat lagi. Motto dalam bahasa Inggris tersebut berbunyi "Do the best, may Allah do the rest." Mungkin yang harus saya lakukan mulai sekarang adalah melakukan apa yang bisa saya lakukan sebaik mungkin, sementara hasil akhirnya terserah kepada Sang Pemilik semesta.

Mudah-mudahan bisa.....

http://jampang.blogspot.com